#JustARandomThought - Mengalah Bukan Berarti Kalah, Belum Tentu Salah
Edited - Photo Source |
Wah it’s been a long time ya tidak bersua di sini hehe.
Ah tiba-tiba merasa rindu. Melankolis sekali memang, gini
aja bisa merindu haha apa sih.
Cukup banyak perubahan yang terjadi sejak terakhir kali gue
nulis di blog. Bahkan beberapa materi yang sempat gue rangkai akhirnya belum
bisa dirampungkan. Padahal ada beberapa materi yang bahkan sudah gue coba untuk
melakukan riset ala-ala a.k.a nanya ke beberapa orang secara random, ya
orang-orang dekat di sekitar gue aja sih yang gue rasa sudah pernah mengalami
apa yang sedang gue cari tahu dan memungkinkan untuk memberi advice.
Kali ini gue mau membahas tentang mengalah. Sebenernya,
Alhamdulillah hari ini gue dapet banyak inspirasi untuk beberapa materi. Andai
ada alat untuk merekam apa yang kita pikirkan, karena gue mendapat ilham ketika
sedang mengendarai motor which is susah untuk mengabadikan apa yang gue
pikirkan ke dalam tulisan dan nggak lucu aja gitu kan kalau pake alternatif
rekaman suara hehe. Merekam suara sendiri di motor pasti bakal malu banget
kalau keadaan macet dan banyak yang mendengarkan.
Jadi lah menguap saja semua itu hahaha. Gue harus mencoba mencari cara dan alternatif lain sepertinya agar semua konten yang meskipun sekelebat gue dapet pas lagi di jalan, tapi bisa beneran menjadi tulisan dan gue publish. Ya meski publish di personal blog, itu pun bentuknya curhat haha.
Oke, balik ke topik. Ada apa dengan mengalah?
Jadi, hari ini Alhamdulillah luar biasa sekali. Dimulai dari waktu gue sahur sampai dengan perjalanan pulang, benar-benar seperti banyak hikmah dalam perjalanan yang bisa dipetik seakan setiap kali gue melangkah akan muncul 1 hikmah baru hahaha. Tapi serius, hari ini MasyaAllah sekali. Lalu, yang menjadi pointing gue dalam tulisan ini adalah kondisi ketika perjalanan pulang.
Hari ini gue keluar dari gedung kantor agak telat karena kelamaan menunggu lift yang penuh terus, sedangkan kondisinya gue cewek sendiri hahaha jadi agak khawatir gitu. Ketika dapet lift kosong dan sudah berada di dalam lift baru kepikiran kenapa nggak turun lewat tangga darurat aja hahaha.
Karena agak telat itu, gue jadi baru sampe stasiun sekitar setengah lima deh kayaknya dan pas banget kereta ke arah Bogor sampe di peron. Pas gue sampe peron, pintunya udah bergerak menutup hehehe ya disyukuri aja lah ya kan mau gimana lagi. Alhamdulillah nya gue jadi punya waktu ke sisi ujung lain peron, mengincar gerbong paling belakang karena gerbong paling depan selalu jadi pilihan favorit orang-orang yang mau pulang di stasiun tersebut. Long story short, Alhamdulillah gue berhasil masuk ke dalam gerbong kereta dan sampe ke Depok masih jauh dari maghrib. Gue nggak tau sih tepatnya sampe jam berapa karena hape di tas dan males untuk ngeluarinnya sekadar untuk liat jam.
Pas gue sampe stasiun kondisinya hujan sudah berhenti, basah semuanya. Mungkin karena semua orang menunggu hujan reda dan keluar di saat yang bersamaan, jadi lah penuh sekali kendaraan di jalanan. Karena macet di sana-sini, jadi lah gue memutuskan untuk lewat jalan pintas yang memotong jalan utama cukup jauh dan bahkan bisa menghindari perempatan lampu merah yang setiap hari hampir setiap waktu macet.
Awalnya gue berharap bisa lancar aja lewat sana, ya minimal kalau mandek karena ada mobil berpapasan aja karena jalannya emang cukup sempit untuk dilewati mobil dengan dua arah berlawanan. Eh ternyata, qadarullah itu jalan penuh banget.
Jadi, kondisinya itu gue anggep kayak semi perempatan kali ya, emang ada 4 jalan mirip perempatan, tapi dua sisi jalannya nggak crossing tepat di tengah, ada jarak beberapa meter antara keduanya. Jadi, gue mau ke jalan di seberang gue, posisinya itu jalan gak tepat lurus sejalur dengan jalan arah datang gue, tapi agak ke kiri beberapa meter. Nah, gang yang gue lewati ini udah penuh banget. Bener-bener penuh, bayangin aja barisan motor bisa sampe ada 5 lapis kali ya haha. Pokoknya lebar jalanan itu dipenuhin sama motor lah.
Karena semua jalan itu jalan dua arah, tentu ada yang mau masuk ke arah gang gue datang. Orang-orang dari gang yang gue lewati itu pun mau berbelok ke arah berbeda-beda, ada yang ke kanan, ke kiri, dan sejalan dengan gue. Begitu pun orang-orang dari arah 3 jalan lain tersebut, punya preferensi arah nya masing-masing.
Jalan mandek, beberapa menit cuma diem aja. Ya gue salah juga sih karena nggak berusaha melakukan apa pun untuk membantu memperlancar kondisi lalu lintas. Excuse gue karena posisinya gue tidak berada pada peran pengambil keputusan karena gue dan motor gue berada di tengah-tengah nggak bisa ke mana-mana, bahkan kalau nggak hati-hati bisa aja nginjek kaki orang lain.
Alhamdulillah kondisinya habis hujan, jadi nggak begitu panas lingkungannya meski itu sejauh mata memandang yang bisa lo liat adalah antrian kendaraan bermotor. Mesin yang menyala kan panas banget ya, suhu sekitarnya juga ikut panas, belom lagi gas buangannya. MasyaAllah banget memang tadi itu hehe.
Sampai pada akhirnya gue memperhatikan bahwa semua orang mau menang sendiri, mau cepet pulang, lupa bawah orang lain pun merasakan dan menginginkan hal yang sama seperti dirinya. Ah ada satu contoh ibu-ibu. Ya sebenarnya beliau tidak sepenuhnya salah sih, beliau ngotot untuk belok ke arah jalanan gang gue berasal tadi, padahal bener-bener penuh nggak bisa gerak. Ibu-ibu itu nggak sendirian, banyak pengendara lain juga sama kayak gitu. Alhasil jalanan macet total, berhenti. Alhamdulillah nggak sampai berjam-jam sih hehe. Ibu itu ngotot banget belok sampai bilang, "Bisa kok, biarin aja lah, wong itu bukan jalan satu arah kok". Yah, beliau ada benarnya sih memang.
Akhirnya ada beberapa pengendara memutuskan untuk mengalah ke arah lain supaya bisa memberi jalan untuk barisan si ibu itu bisa masuk ke dalam gang tadi. Gue gimana? Alhamdulillah berhasil belok ke kiri sebelum mereka grasak grusuk masuk ke gang hehehe. Gue udah berusaha sepinggir mungkin dari sisi jalan yang berlawanan arah.
Macet itu juga diakibatkan karena banyak mobil juga sih, bahkan ada mobil berukuran besar juga tadi. Karena barisan yang mau belok ke gang gue tadi itu "memblokade" jalanan, jadi lah mobil besar ini nggak bisa bergerak sama sekali. Karena mobil ini ukurannya besar, ya tau sendiri lah ya berarti macetnya ditambah parah karena apa hehe.
Terima kasih banyak kepada para pengendara yang pada akhirnya memutuskan untuk mengalah. Yap, kamu pahlawan kami sore ini. Kalau hatimu tak tergerak, mungkin sampe teraweh kita bakal masih stuck di sana bersama-sama, buka puasa bareng-bareng di jalanan. Antimainstream sekali ya, bukber di jalan raya bersama orang-orang tak dikenal haha.
Hari ini gue jadi belajar bahwa tidak selamanya mengalah itu berarti kalah, dalam kasus ini menurut gue malah mereka lah pemenangnya karena mereka mau menurunkan ego dan berhak menyandang status pahlawan sore ini (dari gue hahaha). Mengalah juga bukan berarti kita yang salah, menurut gue kondisi tadi ya semuanya salah karena masing-masing mempertahankan ego masing-masing, termasuk diri gue sendiri. Orang-orang yang mengalah ini lah yang melakukan hal benar, mengalah untuk kepentingan bersama, mengalah untuk kelancaran penggunaan fasilitas umum.
Sangat salut!
Terima kasih untuk pembelajarannya hari ini wahai kalian para pengendara yang sabar hari ini♥
Comments
Post a Comment