Working Mom VS Stay at Home Mom #3 - Isu Kesetaraan Gender dan Feminisme

Photo Source


Haloww!
Di postingan ini gue mau membahas tentang isu kesetaraan gender dan feminisme yang diduga kuat sebagai penyebab terjadi banyaknya wanita yang lebih memilih untuk fokus karir dan akhirnya muncul istilah part-time mom, tugas menjadi ibunya yang menjadi tugas paruh waktu. Hal ini dianggap menyalahi fitrahnya wanita sesuai dengan apa yang disyariatkan dalam Islam, seperti pada postingan gue di Fitrah Seorang Wanita.

Dalam buku Wanita Berkarir Surga dan buku Ternyata Wanita Lebih Mudah Masuk Surga, diceritakan asal mula paham feminis ini muncul akibat keresahan para wanita di Eropa yang merasa ditindas dan tidak mendapatkan hak asasi mereka sebagai sesama manusia seperti pria. Sejarah menyatakan bahwa banyak peradaban yang menganggap perempuan sebagai "setengah manusia", manusia "kelas dua", "makhluk pelengkap", dan bahkan sebagai "makhluk penuh dosa". Keberadaan wanita beserta hak dan kewajibannya dipegang penuh oleh laki-laki.  Beberapa peradaban dalam sejarah yang diangkat dalam kedua buku tersebut adalah sebagai berikut:

1. Yunani

Perlakuan wanita pada masa Yunani Kuno dibagi dua perbedaan berdasarkan latar belakang. Wanita dari kalangan elite akan disekap di istana dan diperlakukan selayaknya tahanan, sedangkan wanita dari kelas bawah dimasukkan dalam kategori komoditi yang dapat diperjualbelikan. Tugas wanita saat itu hanya lah sebagai pemuas kaum pria, melahirkan keturunan penerus, dan merawat anak yang lahir seperti seorang baby sitter yang merawat bayi tuannya. Para suami berkuasa penuh terhadap istrinya.

2. Romawi

Pada peradaban ini pun kondisi wanita tidak berada dalam kondisi yang baik. Wanita tidak memiliki hak untuk mengambil bagian dalam urusan apa pun, tugasnya hanya menyenangkan dan menguntungkan para lelaki layaknya seorang budak. Pada peradaban ini, seorang wanita berada dalam kuasa penuh ayahnya dan akan berpindah ke tangan suaminya ketika dia sudah menikah. Kuasa ini bersifat mutlak sehingga laki-laki yang memegang kuasa atas wanita tersebut berhak melakukan apa pun atas dirinya bahkan memiliki kewenangan untuk menjual, mengusir, menganiaya, dan membunuh wanita tersebut. Hal ini berlangsung sampai pada abad ke-6 Masehi.

3. India

Di masa India Kuno, keberadaan seorang wanita hanya dianggap sebagai "barang pelengkap" bagi kaum pria. Wanita diharuskan melakukan pelayanan seksual dan memberikan kesetiaan secara penuh terhadap suaminya, atau biasa dikenal dengan istilah Sumangali Dharma. Seorang istri secara tradisi akan memanggil suaminya dengan sebutan "Yang Mulia" bahkan "Tuhan". Ketika suaminya meninggal, maka si janda tersebut harus melakukan prosesi Sati, yang mana dilakukan dengan membunuh dirinya sendiri sebagai bukti pengabdian penuh terhadap suaminya.

4. Cina

Pada zaman Cina Kuno, anak perempuan tidak pernah mendapat tempat yang wajar dalam keluarganya bahkan sejak mereka masih kecil. Di dalam keluarga miskin, anak perempuan akan dijual sebagai budak atau dijual pada keluarga kaya atau bahkan diperbudak oleh keluarganya sendiri.

5. Arab Jahiliyah

Pada zaman Arab Kuno atau yang biasa kita sebut zaman jahiliyah, setiap keluarga yang melahirkan seorang anak perempuan maka mereka telah mencoreng wajah mereka sendiri. Anak perempuan dianggap sebagai aib, banyak bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup karena pihak keluarga terlalu malu untuk memiliki anak perempuan, seakan aib keluarganya ikut terkubur bersama dengan bayi tersebut. Jika ada anak perempuan yang berhasil hidup sampai dewasa, maka pada masa suburnya pihak keluarga akan membuka pintu rumah selebar-lebarnya untuk siapa pun yang mau meniduri anak gadis mereka dengan bayaran tertentu dan hal ini terus dilakukan berulang kali oleh banyak laki-laki berbeda sampai pada akhirnya si anak tidak sanggup lagi atau dia kebablasan hamil. Seorang wanita yang menikah kala itu akan menjadi hak penuh suami dan keluarganya. Ketika akan menikah, pihak orang tua (biasanya bapak) dari pihak wanita akan mendapat bayaran besar sebagai mahar tanpa memberikan sedikit pun pada anak gadisnya yang dinikahkan. Ketika sang suami meninggal, si janda tidak akan mendapatkan hak waris, namun malah menjadi "barang yang diwariskan".

6. Eropa

Ribuan orang dianggap menganut ilmu sihir dan menyebabkan banyak terjadi kemalangan pada negeri, salah satunya adalah kemunculan wabah penyakit. Ribuan orang itu dibakar dan 70% dari mereka yang tertuduh adalah wanita. Para janda, orang miskin, kaum lansia, dan tabib wanita menjadi sasaran empuk. Hal ini dikarenakan adanya pemikiran bahwa wanita adalah tempat menampung setan dan roh jahat.


Derita para perempuan tidak hanya seperti itu saja. Seorang wanita dipaksa untuk merasa puas hanya berkutat dalam urusan "dapur, kasur, sumur" saja. Perempuan tidak memiliki hak dalam banyak segi aspek kehidupan. Parahnya lagi perempuan jelas-jelas hampir tidak memiliki peluang untuk mengenyam bangku pendidikan, tidak ada peluang dan jalan untuk menuntut ilmu. Dengan berkuasanya kaum pria, kaum wanita seakan menjadi sebuah barang yang tepat guna untuk melampiaskan segala macam hawa nafsu, termasuk amarah sehingga dianggap sah-sah saja untuk seorang perempuan menerima tindak kekerasan. Kekerasan yang dialami pun berbagai macam bentuknya, mulai dari kekerasan fisik, seksual, bahkan psikologis

Akibat dari panjanganya sejarah derita yang dialami oleh perempuan di hampir seluruh dunia, muncul lah paham bahwa seorang wanita berhak memiliki kesetaraan yang sama dengan seorang pria dalam hal apa pun. Kalau pria boleh, maka wanita juga. Kalau pria bisa, maka wanita juga. Paham ini dikenal dengan sebutan feminisme. Feminisme lahiir sebagai bentuk reaksi dari rasa frustasi, dendam, dan sakit hati terhadap sejarah yang dianggap tidak memihak pada kaum wanita. Feminisme sering disebut sebagai kesadaran akan eksploitasi dan penindasan wanita, baik dalam lingkungan keluarga, kerja, maupun masyarakat. Gerakan feminisme dilahirkan oleh kesadaran bahwa wanita terus mengalami penindasan dan eksploitasi.

Sejalan dengan itu, feminisme menganggap bahwa sebenar-benarnya kebebasan adalah ketika seorang wanita memiliki hak penuh atas apa yang dia inginkan dalam segala aspek kehidupannya. Mulai dari gaya berpakaian, jenjang karir, hak suara dalam politik, bahkan kebebasan atas tubuhnya (tato, tindik, bahkan sampai ke permasalahan hak untuk melakukan aborsi). Paham feminis percaya bahwa setiap wanita memiliki hak penuh atas semua itu dan setiap wanita berhak untuk menentukan pilihan apa saja tanpa perlu adanya interupsi apalagi komentar negatif dari sana sini. Semua wanita berhak memilih apa yang mau mereka pilih dan semua orang jelas harus mendukung apa pun pilihan yang diambil wanita tersebut.

Hal ini berdampak pada pemahaman dan cara pandang penganut paham feminis dalam melihat aturan syariat yang ditetapkan dalam agama Islam. Tidak sedikit aktivis feminis yang menuduh Islam melakukan diskriminasi terhadap wanita karena terdapat banyak perbedaan hak dan kewajiban yang disyariatkan untuk laki-laki dan perempuan.

Di buku Wanita Berkarir Surga dikatakan bahwa ada beberapa aturan Islam yang dianggap mendeskriminasikan wanita. Nah, di sini gue cuma mau membahas tentang 2 syariat Islam yang termasuk dalam buku tersebut. Gue mau mencoba untuk melihat dari sudut pandang feminis terhadap dua syariat Islam tersebut dan tentu melihat dari sudut pandang Islam itu sendiri. Pandangan ini gue dapat dari beberapa catatan kajian kemuslimahan yang diadakan di kampus. Kenapa hanya dua ini? Karena dua hal ini yang pernah secara langsung gue liat tuduhannya dari kaum feminis terhadap Islam di sosial media maupun juga di salah satu website yang cukup besar. Dua aturan tersebut, yaitu:

1. Batasan aurat

Dalam Islam, seorang wanita wajib menutup seluruh anggota tubuhnya kecuali wajah dan telapak tangan karena semua itu adalah aurat. Wanita juga dianjurkan untuk lebih banyak berada di dalam rumah,

  • Menurut paham feminis, hal ini merupakan pemaksaan dan batasan yang keterlaluan karena menyebabkan seorang wanita tidak bisa mengekspresikan tubuhnya dan beraktivitas secara bebas di masyarakat.
  • Dalam pemahaman Islam yang gue pahami selama ini, aturan Islam ada sebagai bentuk tindakan preventif atau penjagaan dari segala hal buruk yang mungkin dapat terjadi dan gue mayakini bahwasanya Allah Maha Mengetahui, pengetahuan-Nya jauh melebihi batas akal manusia. Allah sebagai Sang Pencipta begitu mencintai ciptaan-Nya, Allah SWT adalah yang paling berhak atas ciptaan yang Dia buat. Jangan lupa, tubuh kita baik laki-laki maupun perempuan adalah ciptaan Allah. Jadi yang paling berhak untuk mengatur tubuh ini bukan kita, kita cuma dititipin sebentar doang, bukan punya kita seutuhnya tubuh ini. Wanita disuruh menutup hampir seluruh tubuhnya karena hampir setiap jengkal tubuh wanita itu adalah bagian yang dapat menumbuhkan syahwat pada diri laki-laki. Tidak selamanya seksi itu hanya dilihat dari tampilan dada, paha, dan bokong seorang wanita. Maka dari itu, aturan Islam hadir sebagai usaha preventif dari Dzat yang sangat mencintai ciptaan-Nya. Dia tidak mau ciptaan-Nya sampai kenapa-kenapa apalagi "rusak". Anjuran untuk lebih banyak di rumah juga berfungsi sama, yaitu untuk melindungi. Ibarat mutiara, apakah dia tergeletak di pasir pinggir pantai? Tidak, mutiara yang bernilai dan berharga itu berada di dasar laut di dalam mulut kerang. Jauh di dalam, tertutup, dan terlindungi. Itu lah kenapa mutiara begitu berharga, bukan? Mutiara aja dijagain segitunya sama Allah SWT, apalagi kita manusia yang dipercaya Allah sebagai khalifah di Bumi dan diberi akal.

2. Warisan

Dalam Islam, segala hal dalam kehidupan ada aturannya, termasuk dalam pembagian harta warisan. Tidak bisa seenaknya dibagi sama rata sama banyak. Wanita hanya mendapatkan sepertiga dari total harta yang diwariskan, sedangkan laki-laki mendapatkan dua per tiganya.
  • Metode dan perhitungan pembagian warisan dalam Islam dinilai tidak adil karena kuantitas harta yang diterima oleh pihak perempuan jauh lebih sedikit. Seharusnya agar seimbang dibagi sama rata jumlahnya.
  • Gue mempercayai bahwa dalam meyakini dan mengamalkan ajaran Islam tidak bisa memisahkan antara satu ajaran dengan ajaran lainnya yang masih dapat beririsan. Seorang laki-laki memiliki tanggung jawab lebih besar. Laki-laki bertanggung jawab atas, istri, anak, saudara perempuan, dan ibunya. Tidak hanya soal nafakah tapi juga pertanggungjawaban di akhirat kelak. Sedangkan, seorang wanita tidak memiliki tanggung jawab sebanyak itu. Kembali ke permasalahan harta, seorang laki-laki wajib memberi nafkah kepada istrinya, anaknya, dan ibunya. Setiap dari mereka memiliki hak atas harta yang dimiliki oleh pria tersebut. Sedangkan pada seorang wanita, tidak ada yang berhak atas hartanya kecuali dirinya sendiri. Hal ini juga yang harus dipahami pada pemahaman mengenai gaji dari seorang istri yang bekerja. Karena seorang pria memiliki tanggungan harta lebih banyak daripada seorang wanita, sudah jelas kan kenapa pria memang berhak mendapatkan harta warisan dengan jumlah lebih banyak?

Seperti yang udah gue jelasin di atas bahwa paham feminis ini menuntut kesetaraan gender dalam segala aspek kehidupan. Salah satunya adalah kesetaraan dalam karir. Nah, di poin ini gue masih setuju nggak setuju sih HEHEHE. Masih mau kok gue merasakan pekerjaan di bidang teknik:( ya meski secara fitrah memang kurang cocok. Lain hal nya dengan tenaga medis atau tenaga pendidik. Ah hal ini dijelaskan lebih lanjut dalam buku Wanita Berkarir Surga kok, jadi bisa coba dibaca sendiri. Gue mau mencoba memberikan pandangan gue. Sangat jelas bahwa gue masih miskin ilmu, jadi kalau ada salah kata mohon maaf dan mohon koreksinya. Gue sangat terbuka dengan kritik dan saran, InsyaAllah.

Ah iya, sebelum itu, gue mau coba membahas sedikit tentang isi buku tersebut dari kacamata gue (kalo ada komen jeleknya berarti kacamata gue lagi kotor HEHEHEHE oke, jayus krik). Secara keseluruhan gue suka. Jelas sekali menyenangkan baca buku ini karena banyak visualnya, tidak semembosankan baca "buku kitab" termodinamika, misalnya, yang dipenuhi dengan rumus tentu saja hehe. Dibandingkan buku "Yuk, Berhijab!" dan "Udah, Putusin Aja!", buku Ust. Felix Siauw kali ini menggunakan lebih banyak warna pada visualisasinya. Visualisasi ini membuat jadi lebih cepat paham, gue membutuhkan waktu kira-kira hanya satu jam untuk membaca dari awal sampai habis. Nah, untuk isinya, sebenarnya gue agak kecewa meskipun ya sudah menebak juga sih dari awal baca judul dan sedikit ilustrasi di belakangnya. Menurut gue, setelah membaca isinya, buku ini menggiring opini bahwa karir terbaik wanita ya memang sesuai kodratnya yaitu yaudah di rumah aja.

Ya memang sih di belakangnya ada penjelasan sedikit banget tentang bagaimana seharusnya wanita yang sudah menikah, namun tetap ingin berkarir, cuma dibahas dalam bentuk 3 lembar itu pun kayaknya cuma 5 halaman. Andai gue belum pernah mendapatkan pemaparan lebih lengkap tentang aturan seorang wanita bersuami yang tetap ingin bekerja itu seperti apa, mungkin setelah baca buku ini gue bakal langsung banting ke lantai sambil marah. Alhamdulillah kemarin gue menutup buku dengan tersenyum dan gue letakkan di meja samping tempat tidur secara bermartabat hehehe. Buku ini lebih membahas tentang feminisme menurut gue dan untuk orang-orang yang punya pikiran kayak gue dulu atau bahkan lebih pro lagi ke feminisme, gue sarankan untuk tidak membaca buku ini hehe karena nanti yang ada kalian ngamuk-ngamuk dan malah tidak menangkap maksud baik dari isi buku tersebut:(

Untuk yang berharap mendapatkan jawaban atas kegalauan kalian mau lebih milih working mom atau stay at home mom, jangan baca buku ini hahahaha. Gue sudah kecewa karena tidak mendapatkan jawaban yang sempat gue harapkan. Lebih baik kalian mencari di tempat lain. Tempat lain ya bukan cuma buku lain, jadi kalian harus tetep cari tau dari pendapat orang-orang yang lebih mengerti, dari kajian-kajian, dari seminar yang mendukung, dan dari buku Islami tentu saja. Kenapa gitu? Karena sangat jelas buku ini menyarankan kita untuk menjadi "full time mom". Buku ini kurang mengangkat penjelasan yang sebetulnya dicari oleh banyak perempuan sekarang menurut gue, yaitu tentang kesempatan para wanita yang sudah menikah untuk tetap berkarya dan bermanfaat bagi seluas-luasnya masyarakat tapi juga tetap berada dalam koridor Islam. Gue malah merasa mendapatkan jawabannya dari salah satu tema kajian yang diadakan di kampus, kemarin itu pas banget sama acara bazar buku itu lho hehe (lebih jelasnya akan gue bahas di postingan gue Why I Choose It).

Oh, gue tidak bermaksud melarang untuk baca buku ini. Jelas buku Ust. Felix Siauw selalu jadi salah satu incaran gue apalagi kalo bukunya bergambar HEHEHE. 2 buku pertamanya yang sempat sangat booming itu udah masuk dalam koleksi buku gue kok dan Alhamdulillah udah langsung gue baca juga waktu itu. Gue hanya ingin memberikan sedikit gambaran isinya aja karena gue sendiri cukup kaget selama proses membaca buku ini kemarin. Kagetnya karena hampir setengah buku itu malah membahas feminisme, tapi sayangnya pembahasannya kurang nanclep gitu lah untuk diri gue, gue lebih merasa mendapatkan itu di kajian masjid UI waktu itu. Gue tipe yang lebih menerima ajaran syariat ketika gue paham makna dari adanya aturan itu tuh apa, gue belum sampe pada tahap yang benar-benar "sami'na wa atho'na" seluruhnya, jadi ketika baca buku ini gue cenderung untuk mengatakan bahwa pemahaman itu kurang gue dapatkan dari isinya. Ya pokoknya begitu lah ya, kalian yang mengerti tentang diri kalian cocok apa nggak sama cara didakwahi yang seperti apa, setidaknya gue sudah berusaha mengemukakan pandangan gue yang siapa tau bisa jadi bahan pertimbangan atau persiapan hati sebelum membaca buku ini supaya tidak sekecewa gue kemarin hehe.

Oke, lanjut ke pembahasan tentang karir. Paham feminisme menuntut bahwa setiap wanita berhak untuk memiliki jenis pekerjaan yang sama dengan pria. Padahal secara fitrah jelas berbeda, salah satunya adalah kekuatan tubuh, yang mana pria memiliki kekuatan yang lebih baik dibandingkan wanita. Sejujurnya gue pun sempat menyesal juga kenapa dulu nggak ambil ranah pendidikan atau kesehatan aja, jelas ranah teknik sudah terkesan sangat maskulin. Tapi yaudah lah ya, udah terlanjur juga kan hehe. Gue yakin bahwa setiap pilihan dan setiap jalan yang ditakdirkan dalam hidup masing-masing dari kita pasti memiliki hikmahnya tersendiri, baik itu untuk diri kita sendiri maupun untuk orang banyak. Gue yakin jalan Allah pada hidup gue pasti ada maksud besarnya tersendiri di depan sana. Begitu pun dengan rencana besar Allah pada hidup kalian.

Nah, karena para wanita menuntut untuk bisa bekerja layaknya pria, maka tentu ada konsekuensi yang harus dihadapi, bukan? Pria bekerja anggap lah rata-rata 10 jam per hari, maka jatah ini pun harus diambil oleh para wanita yang memilih untuk berkarir dengan cara yang serupa. Alhasil, tidak jarang tugas utamanya di rumah jadi berantakan. Untuk mengatasinya, jika budget rumah tangga mencukupi, dipekerjakan lah asisten rumah tangga dan pengasuh anak untuk menyelesaikan tugas utama seorang istri dan ibu.

Perlu diingat lagi bahwa tujuan hidup kita di dunia adalah untuk mencari ridho-Nya. Salah satu caranya adalah dengan mengumpulkan banyak pahala agar berat timbangan kebaikan kita semakin banyak. Tidak sedikit dari orang-orang yang pada akhirnya memutuskan menikah terlupa bahwa Allah SWT menjamin banyak pahala dalam berumah tangga. Sekedar senyum ke pasangan aja bisa bernilai pahala, apalagi mengerjakan pekerjaan domestik. Tugas mendidik anak juga tidak jarang diabaikan karena merasa itu bukan lah hal yang krusial. Padahal anak yang hebat dibesarkan oleh didikan ibu yang hebat pula.

Karena bekerja dalam rentang waktu hampir setengah hari seperti itu, belum lagi dikurangi dengan waktu tidur di malam hari, maka waktu untuk mengasuh anak dan mengurus rumah menjadi semakin sedikit. Dari sini lah mulai muncul istilah part-time mom di mana seorang wanita berperan sebagai ibu secara paruh waktu karena waktunya telah banyak dihabiskan di kantor.

Yap, jadi begitu lah kira-kira asal mula pandangan part time mom muncul. Akan lebih gue bahas InsyaAllah perbedaan antara keduanya dalam postingan gue setelah ini, yaitu The Versus. Gue InsyaAllah akan mencoba untuk membandingkan secara netral hal-hal yang bisa dilihat dari kedua sisi. Untuk pertanyaan apakah part time mom ini sebenarnya baik atau buruk, akan coba gue bahas dengan sudut pandang yang gue pilih di postingan gue Why I Choose It. Pembahasan tentang pertimbangan untuk mengatakan pada diri sendiri mana yang lebih keren antara working mom dan stay at home mom akan gue bahas juga di sana. Untuk penutup, berikut link untuk membaca postingan gue selanjutnya dan sebelumnya yang masih berkaitan dengan pembahasan Working Mom vs Stay at Home Mom:

1. Intro (#1)
2. Fitrah Seorang Wanita (#2)
3. The Versus (#4)
4. Why I Choose It (#5)




Comments

Popular posts from this blog

Working Mom VS Stay at Home Mom #4 - The Versus

#JustAStory #3 - Rinduku Egois, Ya?

Working Mom VS Stay at Home Mom #5 - Why I Choose It