Kehilangan

Edited - Photo Source


Menulis ternyata memang bukan sesuatu yang mudah. Gue udah mencoba menuliskan ini dari dua hari yang lalu, tapi baru sekarang bisa selesai. Ya kayaknya gue memang masih harus teramat sangat banyak belajar. Dan ya ini cuma sekedar sharing yang coba gue tuangkan dari hasil pemikiran gue.

Kalau dihitung rasanya gue pernah mengalami perasaan kehilangan beberapa kali, tapi ada 2 peristiwa yang benar-benar menjadi titik kehilangan dalam hidup gue sampai saat ini. Yang pertama adalah ketika nenek gue meninggal, nenek yang udah merawat, menjaga, dan selalu membela gue di depan orang tua gue, kadang pun membela gue dari keluarga besar gue. Sampai mama bilang kalau gue itu "anak nenek", sesayang itu katanya nenek sama gue. Ya mungkin karena gue cucu pertama nenek dan gue anak perempuan, yang lahir dari anak laki-laki kesayangannya pula.

Kehilangan kedua terjadi dalam waktu 2 bulan terakhir. Entah bisa disebut sebagai kehilangan atau nggak karena ya sesungguhnya gue nggak pernah benar-benar memiliki. Bagaimana bisa mengatakan itu sebagai kehilangan kalau tidak memiliki bukan?

Ketika itu (hmm bahkan sepertinya sampai saat ini) rasanya seperti ada sesuatu berharga yang selama ini digenggam, lalu menghilang dan tak bisa (atau mungkin tak mau) untuk kembali. "Selama ini" bukan selama yang dibayangkan sih wkwkwk palingan kalau diitung ya kurang lebih 1.5 bulan doang. 1.5 bulan digenggam, setengah bulan terombang-ambing nggak tau gimana, dan sekarang udah 2 bulan kehilangan. Menyedihkan memang.

Yap, ini juga kisah tentang kehilangan seseorang. Kalau boleh jujur, dia orang pertama yang berhasil membuat gue merasa I deserve to be loved by the one whom I want to. Jangan masukan keluarga dalam hitungan untuk permasalahan ini karena kasih sayang dari keluarga itu sejatinya unconditional love, they'll love you no matter what. Dari orang ini gue mulai membuka mata tentang sekitar, tentang bagaimana sebenarnya gue diperlakukan orang, memperlakukan orang, dan bagaimana gue sampai bisa merasakan bentuk kehilangan lain.

Gue beberapa kali bercerita pada teman-teman gue tentang orang ini, the first guy who can totally make me feel like being loved. Yap, gue masih ragu sebenernya sih dia beneran merasakan apa yang dia bilang telah dia rasakan atau nggak, all I know is he'd said those words and I should believe it and thinking positively. Tapi itu nggak mudah hahaha. Sampai sekarang pun gue merasa mungkin ini yang membuat gue jadi kehilangan, posisi yang tidak nyaman di kedua belah pihak. Gue lelah untuk berusaha percaya dan terutama dia lelah untuk terus berusaha membuat gue percaya.

Orang bilang jangan menggenggam sesuatu terlalu erat, ibarat pasir ketika semakin digenggam maka semakin banyak dia akan terlepas. Sekarang gue baru paham, baru benar-benar memahami maksud dari kalimat ini. Rasanya ketika itu mungkin gue terlalu menggenggam erat semuanya, terlalu besar rasa yang ada sampai-sampai genggamannya jadi semakin kuat. Sadar atau tidak, semakin besar rasa takut kehilangan, maka semakin besar gaya yang kita berikan untuk menggenggam. Dan alhasil semakin banyak "pasir" yang terlepas dari genggaman, sampai akhirnya pasir itu habis tak bersisa dalam genggaman kita.

Ya meskipun sampai detik ini gue pun masih bisa merasakan kesedihan yang sama seperti waktu itu (honestly gue pun masih bisa merasakan itu sampai menitikkan air mata haha so pity, right?), tapi gue tetap berusaha untuk bersyukur atas semua yang telah terjadi. Klise memang. But I trully mean it. Dari seluruh pengalaman itu gue bisa dapet banyak pelajaran. Pelajaran yang baik dan yang buruk. Ya walaupun semua pelajaran itu harus membawa kenangan dan sampai detik ini pun masih bisa membuat menitikkan air mata hahaha

Dari kehilangan ini gue belajar bahwa sejatinya tak ada satu hal apa pun di dunia ini yang benar-benar kita miliki. Nothing. Karena semua hanya titipan dari Yang Maha Kuasa, Sang Pemilik Alam Semesta. Bahkan kita pun hanya lah sebuah titipan bagi kedua orang tua kita, bukan? Tubuh yang selama ini kita gunakan, yang tidak jarang kita banggakan, pun sejatinya hanya lah titipan dari Tuhan untuk ruh kita di dalamnya, kan?

Maka tak selayaknya kita (ya, gue sih sebenernya dalam kasus ini hehe) berpikir bahwa pernah memiliki seseorang karena tak ada yang benar-benar kita miliki. Semua hanya pelajaran dari Tuhan untuk kita tumbuh dan terus belajar menjadi lebih baik, lagi dan lagi. Tuhan hanya menitipkan sesuatu bagi kita karena Tuhan percaya bahwa kita bisa melewatinya, Tuhan sayang pada kita dan ingin kita belajar.

Kehilangan terakhir yang gue rasakan pun sebuah pelajaran dari Tuhan tentang hal ini. Hal yang secara halal menjadi "milik kita" saja hanya lah titipan, apalagi hal kemarin yang gue rasakan yang bahkan belum menyentuh kata halal. Semua kemarin itu memang sebuah  kesalahan, kesalahan manis yang juga menyedihkan. But a mistake is still a mistake no matter what, right? Darinya gue belajar bahwa jika kita ingin "memiliki" sesuatu atau bahkan seseorang, maka jalan kebenaran lah yang seharusnya kita ambil.

Nyokap gue selalu bilang bahwa kita harus berusaha untuk mendapatkan sesuatu yang kita inginkan, apalagi jodoh. Jodoh adalah sesuatu yang harus kita usahakan. Berusaha terus menjadi lebih baik dan mendekatkan diri pada Yang Maha Memiliki InsyaAllah menjadi jalan gue untuk meraih apa yang gue inginkan, semua ini gue sadari dari hasil pembelajaran kemarin. Pengalaman memang guru terbaik, darinya gue bisa belajar memahami sesuatu yang selama ini telah gue tahu tapi belum bisa untuk mengerti. Darinya gue bisa meniti satu per satu maksud dari pelajaran yang selama ini gue pelajari tentang hidup ini.

Dekati Sang Pemilik, maka kau akan mendapatkan apa yang pantas kau dapatkan dengan cara dan waktu yang paling baik. Jodoh memang sesuatu yang telah tertulis dalam buku takdir semua manusia, tapi kedatangannya, perangainya, dan jalan menujunya adalah suatu takdir yang bisa kita ubah. Berusaha menjadi seperti apa yang Dia inginkan, maka Dia akan memberikan hal yang kau butuhkan dengan cara terbaik yang akan Dia lakukan.

Minta lah pada Sang Pemilik, karena Dia yang memilikinya. Tunjukkan pada-Nya bahwa kita pantas untuk dititipkan hal yang kita inginkan tersebut. Berikanlah usaha terbaik kita agar Dia percaya bahwa kita memang orang yang pantas untuk mendapatkannya, or even getting a better one.

Ya, dari pengalaman terakhir ini gue belajar untuk ikhlas. Gue belajar makna sebenarnya tentang bagaimana ikhlas itu. Sulit, memang. Apalagi mempraktikannya. Kata orang ikhlas adalah pembelajaran seumur hidup, harus terus berlatih untuk bisa benar-benar melakukannya dengan cara yang benar. Pembelajaran dan praktik seumur hidup.

Kehilangan memang sesuatu yang sangat menyakitkan, bahkan bisa membuat kita benar-benar terluka. Namun, dari semua itu banyak pembelajaran baik yang bisa diambil. Tergantung pada diri kita masing-masing dalam menghadapi semua itu. Tergantung pada diri kita masing-masing untuk bereaksi terhadap semua peristiwa itu.

Terima kasih, untuk kamu yang sudah memberikan pembelajaran buatku. Untukmu yang pernah membuatku yakin bahwa impian yang selama ini aku harapkan bisa terjadi, you made me feel like my dream's came true, at least for awhile. Untuk kamu yang megajariku dengan caramu dan keyakinanmu. Untuk dirimu yang sepertinya pernah berusaha untuk melakukan yang terbaik untuk membantuku menjadi lebih baik. Terima kasih untuk semua pembelajaran yang kamu berikan, terutama kenangan, baik itu yang manis, asam, atau pun pahit.




Comments

Popular posts from this blog

Working Mom VS Stay at Home Mom #4 - The Versus

#JustAStory #3 - Rinduku Egois, Ya?

Working Mom VS Stay at Home Mom #5 - Why I Choose It