#JustARandomThought - Orang Hebat

Edited - Photo Source


Assalamu'alaikum!
Alhamdulillah akhirnya bisa nulis lagi setelah kosong dua bulan hehe.
Berkali-kali niat menulis udah muncul, tapi pas sampe rumah rasanya badan remuk setelah menghadapi perhelatan di dalam KRL. Hahaha
Untuk kalian yang sedang mengalami hal yang sama dengan gue, semangat ya! Kalian hebat!
Semoga lelahmu menjadi lillah, semoga berkah terus mengucur dalam limpahan rezeki untukmu dari Tuhan, dan semoga syurga menjadi hadiah diujung perjalananmu nanti. Aamiin.

Ah iya, beberapa hari terakhir media sosial dihebohkan dengan postingan Maudy Ayunda yang berisikan kegalauannya untuk memilih universitas yang akan menjadi tempatnya menempuh S2, antara Harvard University dan Stanford University. Kurang keren apa coba kan dia? Artis, penyanyi, jadi 13 brand ambassador, dan diterima di universitas unggulan DUNIA. Dunia lho ya bukan cuma Indonesia.

Lalu, mulai lah banyak komentar-komentar yang "menjatuhkan diri sendiri" dari para netizen, di hampir semua sosial media yang ada. Semua orang membandingkan dirinya dengan Maudy, betapa hebat Maudy dan betapa kurangnya dirinya tersebut. Membaca hal-hal itu membuat gue ikut berpikir dan mau tak mau ikut membandingkan diri gue dengan Maudy. Seperti yang bisa ditebak, yap gue merasa insecure, merasa betapa benar-benar tidak ada apa-apanya, nggak punya pencapaian apa pun, useless, nggak menarik, nggak punya hal yang bisa jadi nilai baik, dan hal-hal negatif lainnya yang satu per satu menghantui.

Ada kali ya beberapa hari gue memikirkan itu. Berpikir betapa hebatnya Maudy, betapa beruntungnya dia dengan segala privilege yang dia punya, betapa cerdasnya dia, betapa enaknya punya hidup seperti dia. Gue juga berpikir tentang hidup gue, tapi dengan pandangan sebaliknya. Betapa nggak bergunanya gue hidup 20an tahun ini, nggak punya karya, bidang akademis biasa aja, tidak secantik Maudy, dan hal-hal buruk lain yang dapat terpikirkan untuk menjatuhkan nilai diri gue sendiri. Gue benar-benar berpikir Maudy hebat banget, Harvard lhoooo, selama ini gue bahkan tidak pernah berani bermimpi untuk bisa kuliah di universitas tersebut. Gue juga punya keinginan untuk merasakan studi di negara lain, khususnya eropa, lebih khusus lagi Inggris hehe. Segitu pengennya sejak SMP kalo nggak salah. Tapi, keinginan gue mungkin memang belum sebesar keinginan Maudy atau pun anak-anak lain yang berhasil masuk ke universitas idaman mereka di luar negeri, sehingga masih menjadi keinginan hehe gue belum berusaha. Oleh karenanya, gue benar-benar mengagumi sosok Maudy Ayunda sejak berita tersebut. Pokoknya dia "wow" banget di mata gue since then.

Sampai akhirnya gue menemukan bahwa prestasi Maudy Ayunda memang bagus, tapi setiap orang pun punya prestasi dan pencapaiannya masing-masing dalam bentuk yang beragam. Kita ambil contoh Marchella FP yang menerbitkan buku Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini, gue udah lupa sekarang udah naik cetakan ke berapa hehe. Dia tidak diterima di Harvard seperti Maudy, tidak juga menjadi artis, dan bukan pula seorang penyanyi. Marchella juga setau gue bukan seorang brand ambassador. Begitu pula Maudy, dia bukan penulis buku, apalagi menghasilkan buku yang berhasil bikin ribuan manusia di Indonesia menangis haru ketika membaca bukunya. Dia dan Maudy tidak sama, tapi mereka sama-sama menghasilkan sesuatu dan sama-sama dianggap hebat oleh banyak orang. Atau seperti Dewi Nur Aisyah yang sudah menerbitkan 3 buku, sudah bergelar Ph.D, menerbitkan banyak jurnal internasional, sering diminta jadi pembicara acara seminar serta bedah buku di Indonesia, ikut banyak konferensi internasional, dan bahkan pekerjaannya sekarang berkecimpung dalam dunia internasional bersama para peneliti hebat seluruh dunia (plus beliau punya 2 anak yang masih kecil-kecil, kebayang riweuhnya seperti apa? Hehe). Mereka bertiga nggak sama pencapaiannya, tapi sama-sama mencapai titik menjadi "orang hebat" dan influencer.

Contoh lain, yang lebih "biasa" dari mereka, temen gue yang tidak memiliki privilege yang sama seperti Maudy Ayunda tapi juga bisa mendapatkan kesempatan untuk kuliah di luar negeri. Atau teman gue yang lainnya lagi, udah jadi MC di banyak acara di daerah dia merantau mulai dari acara formal sampai acara non formal. Ada lagi yang udah punya usaha sewa pakaian tari sejak masih kuliah, sebelum lulus udah "ditarik" untuk kerja jadi guru di SMA-nya, dan bahkan dia sering tampil sana sini sama tim tarinya. Ada lagi contoh lain temen gue yang udah merintis usaha bareng temen-temennya, lulus kuliah nggak ada cerita seinget gue sih dia pusing nyari kerja kayak gue haha. Ada lagi temen gue yang masih muda tapi udah harus jadi tulang punggung keluarganya, adik-adiknya masih pada sekolah, tapi dia selalu terlihat tegar bahkan masih bisa ketawa receh bareng gue. Ada lagi adik tingkat gue yang menurut gue pendiem banget, tapi diem-diem menerbitkan buku, diem-diem menang lomba menulis di sana sini. Dan masih ada begitu banyak orang hebat lain, mereka hebat di jalan mereka masing-masing, mereka hebat dengan cara mereka masing-masing. Tidak bisa disamaratakan, bukan?

Alhamdulillah gue punya seorang teman yang berbaik hati mau mendengarkan ketakutan gue dan celotehan gue setiap kali gue merasa insecure. Dia selalu mengingatkan gue akan hal-hal yang bisa dibilang "telah dicapai" oleh gue. Hal-hal ini menurut gue tidak terlalu membanggakan karena gue selalu berpikir bahwa yaudah lah ya semua orang pun bisa melakukan apa yang gue lakukan, banyak orang yang masih lebih hebat, banyak orang yang masih lebih berpengalaman, dan berbagai pemikiran yang membuat gue merasa semua itu biasa aja. Tapi cara dia menyebutkan hal-hal tersebut (meski kadang "caranya" itu menyebalkan wkwk) membantu gue sadar bahwa semua itu harusnya bisa membuat gue bersyukur, bisa membuat gue berterima kasih pada diri gue sendiri atas hasil yang berhasil dicapai, karena sesungguhnya masih ada banyak orang yang tidak bisa mendapatkan kesempatan yang sama.

Gue akhirnya berpikir, semua orang sudah menggapai achievement masing-masing, dalam beragam bentuk. Iri hati sangat tidak diperlukan apalagi sampai membandingkan jalur hidup kita dengan orang lain, cuma bakal bikin capek hati doang aja.

Melihat kesuksesan orang lain perlu, untuk dijadikan motivasi dan pembelajaran agar kita juga bisa terus bergerak maju menjadi lebih baik lagi. Bermimpi untuk bisa menjadi hebat juga bagus kok, asal jalan yang ditempuh untuk menggapainya pun dilakukan dengan cara yang baik. Tugas kita bukan membandingkan hidup kita dengan milik orang lain, jelas berbeda, beda rintangannya juga. Kita hanya perlu menjadikan pencapaian-pencapaian orang lain sebagai aura positif untuk menyemangati diri kita yang masih berjuang. Orang-orang sukses tersebut sudah melewati apa yang sedang kita lewati, maka menjadikan kesuksesan mereka sebagai penyemangat agar kita juga bisa merasakan euforia keberhasilan yang sama adalah sesuatu yang gue rasa benar untuk sama-sama kita lakukan. Kalau semua orang bergerak maju dan berubah menjadi lebih baik terus menerus, bukan kah akan menjadi fenomena yang baik karena akan tercipta generasi penerus yang berkualitas dan hebat dalam berbagai bidang?




Comments

Popular posts from this blog

Working Mom VS Stay at Home Mom #4 - The Versus

#JustAStory #3 - Rinduku Egois, Ya?

Working Mom VS Stay at Home Mom #5 - Why I Choose It