Pernikahan yang Visioner - #1

Edited - Photo Source


Alhamdulillah, hari Minggu kemarin gue dikasih ijin sama Allah SWT buat dateng sebuah acara semacam seminar tentang persiapan pernikahan secara syariat yang diadakan oleh BrideTalk Id, yang sebenernya founder nya adalah senior gue sefakultas tapi beda jurusan dan beliau pernah jadi murabbiah gue hahahaha. Seminarnya diisi oleh Ummu Balqis. Harga tiketnya kemaren kalau nggak salah sih sekitar 55 ribu yang early bird, gue Alhamdulillah dapet di bawah 50 ribu karena beli bertiga sama temen-temen gue. Ini pertama kalinya gue dateng ke sebuah acara yang mengharuskan membayar sampai lebih dari 50 ribu hanya untuk mendengarkan satu materi aja hahaha. Alhamdulillah sih dikasih snackstote bag, notebook kecil, pulpen, sticker, dan beberapa voucher diskon dari para sponsor yang mensponsori acara itu.

Over all gue cukup puas sih meskipun harus agak merogoh kantong (maklum kan ya belom berpenghasilan mah 50 ribu berasa, bisa dipake 5x makan di warteg😂), Alhamdulillah. Seminar kali ini adalah kajian yang paling banyak bikin gue tersindir selama pembicaranya menyampaikan materi hahaha. Kalau BrideTalk Id ngadain seminar lagi, sepertinya gue tetep akan ikut sih karena kayak yang dibilang oleh founder-nya BrideTalk Id bahwa sekarang ini banyak banget akun medsos yang menyarankan cepet nikah tapi bisanya cuma bikin baper dan galau tanpa ngasih edukasi perihal persiapan yang harus dilakukan untuk menghadapi lika-liku rumah tangga nantinya. Nah, seminar kayak gini yang sebenarnya juga dibutuhkan selain dorongan untuk cepetan nikah. Kalo kata Ummu Balqis, nikah itu bukan perihal siapa cepat tapi siapa siap, nggak sedikit kasus perceraian dari orang-orang yang nikah muda karena ternyata keduanya belum memiliki kesiapan yang matang tentang pernikahan.

Di awal seminar, Ummu Balqis cerita kenapa beliau suka banget pembahasan tentang marriage and parenting. Katanya karena menikah itu ibadah seumur hidup, jadi banyak butuh pembelajaran dan ilmu. Begitu pun dengan parenting. Ini adalah sebuah ladang pahala yang Masya Allah luasnya, ladang dakwah yang luar biasa. Lalu beliau cerita bahwa seorang perempuan itu perlu banyak belajar, perlu paham banyak ilmu. Kalau kita mendidik seorang laki-laki, hal hebat yang mungkin terjadi hanya lah menjadikan dia seorang pemimpin bangsa yang hebat ketika dia nantinya terpilih menjadi seorang presiden misalnya. Kalau kita mendidik seorang perempuan, bukan hanya perempuan itu yang sedang kita persiapkan, namun terutama pada anak-anak yang akan ia lahirkan dan ia didik hingga nantinya bisa menjadi generasi penerus bangsa. Dari sini lah kita bisa mendapatkan tidak hanya satu calon kandidat kuat untuk menjadi seorang pemimpin, tapi beberapa generasi muda. Bayangkan jika setiap wanita yang melahirkan anak-anaknya dapat mendidik anak-anaknya dan menjadikan mereka calon kandidat kuat tersebut, maka akan kita dapati banyak generasi muda penerus bangsa yang sanggup menjadi pemimpin, yang akan membawa bangsa menjadi bangsa yang lebih baik.

Ketika akan masuk ke dalam materi pembahasan, beliau menyampaikan bahwa ada tiga hal yang bercandanya saja dianggap serius, yaitu nikah, cerai, dan rujuk. Tiga hal ini seharusnya tidak dijadikan sebagai bahan bercanda. Dari sini bisa dilihat bahwa baik laki-laki maupun perempuan yang akan menikah perlu memiliki ilmu tentang pernikahan bahkan SEBELUM mereka menikah. Yap, persiapan ilmu untuk menikah itu penting dan, seperti menimba ilmu pada umumnya, membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Ummu Balqis bilang bahwa seharusnya kita jangan malu ketika sedang berusaha untuk menimba ilmu tentang pernikahan.

Ya sejujurnya gue sendiri malu sih hahaha. Gue nggak pernah update kegiatan setiap dateng kajian atau seminar keagamaan apalagi yang membahas tentang persiapan pranikah di medsos mana pun. Bahkan gue sebenernya nggak mau bilang-bilang juga sih, bilang pun untuk mengajak temen gue biar nggak sendirian datengnya. Ini "notulensi" kedua gue yang isinya membahas materi kajian dan sesungguhnya gue malu hahahaha, but I believe sharing is caring. Mohon maaf kalau ada yang membaca dan langsung berprasangka bahwa gue riya' atau semacamnya, maaf gue nggak bermaksud membuat kalian berprasangka seperti itu. Just trying to share something good.

Back to the topic, beliau juga bilang dalam Islam kita harus yakin bahwa jodoh adalah kehendak Allah SWT, tapi juga harus tetap berusaha dalam upaya "menjemput" jodoh tersebut. Nah, ini adalah alasan lain kenapa kita nggak boleh malu, ya karena mencari ilmu perihal pernikahan merupakan salah satu bentuk ikhtiar kita untuk nantinya berjalan ke jenjang pernikahan. Jodoh itu salah satu bentuk rezeki dari Allah SWT dan sama halnya seperti rezeki yang lain, jodoh pun harus diikhtiarkan (dengan cara yang benar sesuai dengan yang telah diajarkan oleh agama ya hehe). Rezeki emang udah ada takarannya, ada bagiannya, udah tertulis juga di lauhul mahfudz rezeki masing-masing orang tuh segimana, tapi tetap kita harus usaha agar rezeki itu bisa sampai pada kita.

Gue pernah nonton salah satu cuplikan kajian Ust.Abdul Somad di instagram. Beliau mencontohkan bahwa bisa jadi di lauhul mahfudz beliau telah tertulis saat itu beliau dapat rezeki segelas air putih (yang mana segelas air putih itu memang ada di depannya, disiapkan oleh panitia untuk beliau minum). Beliau bilang meski rezekinya udah tertulis, udah nampak, tapi kalau nggak berusaha untuk mengambil gelas itu terus diarahkan ke mulut, ya mau bagaimana pun keadaannya air di dalam gelas itu tak akan berpindah masuk sendiri ke dalam kerongkongan beliau. Sama halnya dengan rezeki lain.

Ummu Balqis bilang bahwa dalam perihal menjemput rezeki, Allah SWT lebih ridho kepada hamba-hamba-Nya yang bekerja keras dibandingkan dengan yang usahanya biasa saja. Sama juga dengan jodoh. Mau kan Allah SWT ridho? Ya makanya dijemput dan diikhtiarkan dengan cara yang disukai Allah SWT hehe. Lakukan banyak ikhtiar, salah satunya ya dengan menimba ilmu untuk persiapan menjalani pernikahan nantinya (bisa banyak cara selain datang kajian, bisa baca buku juga, bisa sharing dengan yang memang sudah memiliki ilmunya, dan lain-lain). Lagi mencari ridho Allah SWT, masa malu?

Lalu, Ummu Balqis cerita bahwa beliau pernah diceritakan sebuah kejadian secara langsung di mana si wanita berkata bahwa suaminya pada awal pernikahan sering banget mengucap kata-kata "cerai" atau "kamu bukan istriku lagi" atau semacamnya setiap kali suaminya ini lagi marah ke dia (katanya beberapa tahun awal pernikahan, cekcok memang akan sulit dihindari, ya namanya juga masih masa adaptasi kan). Padahal, ketika seorang laki-laki telah mengucapkan kata cerai tiga kali pada istrinya, pernikahan mereka batal dan si istri harus menikah dengan orang lain dulu (abis itu cerai sama suami baru) sebelum akhirnya bisa melangsungkan AKAD lagi dengan laki-laki ini. Kalau nggak, ya selanjutnya yang mereka lakukan terhitung sebagai zina sepanjang mereka bersama. See? Menikah itu butuh ilmu biar sama-sama tau fiqihnya gimana, yang boleh dilakukan apa yang nggak boleh apa, kewajiban kita apa hak pasangan kita apa, dan banyak hal-hal lain. Pernikahan juga bukan a happily ever after story kayak di cerita dongen macam Cinderella di mana kita disayang sama pangeran, bangun tidur dapet pelukan, kalau jalan ada yang gandeng, tiap hari diucapin kata-kata I love you, atau bayangan kisah romansa sejenisnya. Pernikahan tidak sebercanda itu. Pernikahan bukan hal yang seegois itu, banyak perjuangan juga di dalamnya.

Ah ribet banget sih, Cik, ujungnya juga nggak enak-enak banget kayak yang selama ini diceritain kan, nggak usah nikah aja gimana biar drama less?
Nope. Ini juga salah. Ummu Balqis bilang bahwa fitrahnya manusia itu salah satunya butuh menikah. Kebutuhan memiliki pasangan dan berkeluarga adalah fitrah yang Allah SWT kasih untuk setiap insan. Kalau ada yang sampai berpikir untuk tidak menikah, bisa jadi fitrahnya telah rusak oleh satu dan lain hal dari perjalanan hidupnya. Ini bahaya dan keliru. Sebagai manusia, hamba Allah SWT, dan ummat Nabi Muhammada SAW, kita harus menikah. Yap, HARUS.

Ada sebuah hadits yang mengatakan:

Dari Aisyah r.a. berkata: "Rasulullah SAW melarang hidup membujang." (H.R. Ad Darimi)

Menurut gue, persiapan menikah itu mungkin bisa mirip kayak persiapan kuliah kali ya. Sebelum bisa masuk kuliah pasti pada belajar kan, persiapan untuk seleksi bersama se-Indonesia atau bahkan juga untuk ikutan ujian mandiri yang diadakan masing-masing universitas. Berharap dapat yang terbaik, ya belajar dan persiapannya juga harus giat, belajar soal dari sana-sini, ikut les di sana-sini, ikut try out di sana-sini, bahkan mungkin ada yang sampai begadang juga demi bisa menjawab soal-soal dengan lebih baik. Terus, pas udah dapet universitas yang diinginkan, universita terbaik di Indonesia misalnya, apakah perjuangan berhenti di sana? Kan nggak hehe. Masuk dunia perkuliahan lebih melelahkan dari jaman SMA. Tugas seabrek nggak kira-kira, kadang bisa nafas aja udah Alhamdulillah (lebay gue, maafkan haha), kuis di mana-mana bahkan kadang dadakan kayak tahu bulat, belum lagi ujian, ada lagi tanggung jawab organisasi, ditambah lagi kepanitiaan, dan banyak tekanan lain. Nah, menikah pun gitu, nggak sama sih tapi ya serupa kan, sama-sama butuh perjuangan dalam menjalaninya. Dan sama seperti kuliah (menimba ilmu), menikah itu adalah salah satu ibadah kita sebagai seorang hamba. Kalau kata Ummu Balqis, ibadah terpanjang yang bisa dilakukan seorang manusia adalah pernikahan. Menikah itu ibadah seumur hidup.

Eh, tapi, Cik, shalat kan juga dilakukan seumur hidup? Emang lu shalat sekarang doang terus besok nggak? Kan nggak gitu.
Ya emang sih , tapi (kalau kata Ummu Balqis lagi nih lho) shalat palingan lama berapa menit sih? 10 menit atau 30 menit, atau bahkan jangan-jangan ada yang pernah shalat cuma 2-5 menit kan. Atau nggak, sejam deh shalat tarawih itu pun di bulan Ramadhan doang kan. Abis kelar shalat emang shalat terus nggak berhenti? Kan nggak. Beda sama menikah.

Ketika udah menikah, dari bangun sampai tidur lagi itu bisa terhitung sebagai ibadah karena ladang pahalanya tuh banyak banget mulai dari hal kecil sampai hal besar yang kita lakukan dalam pernikahan bisa dapet pahala. Senyum ke pasangan aja bisa bernilai pahala. Bikin seneng hati pasangan, pahala. Nyiapin baju, pahala. Berhias untuk suami, pahala. Bercanda sama pasangan, pahala. Ngasih nafkah ke istri aja dianggepnya sedekah lho, pahala juga tuh. Gandengan tangan aja bisa dapet pahala. Nggak usah ditanya ya masalah "di dalam kamar", banyak banget pahalanya! (Eits mikir apa? Ngerapiin baju, bantu beresin kasur, nyiapin baju suami yang mau kerja, ini pahala nih hahaha. "Di dalam kamar" nya nggak usah dijelasin ya, paham lah ya, pokoknya banyak hahaha aku masih merasa tabu🙊)

Nah lanjut lagi ya, kalau kata Ummu Balqis, ketika kita sudah melangkah melewati gerbang pernikahan maka jendela-jendela pahala akan terbuka sangat lebar untuk kita. Tapi tentunya, jendela cobaan juga ikut terbuka. Hidup ini seimbang. Makanya butuh ilmu biar paham gimana cara menghadapi cobaan itu, gimana biar bisa tetap saling berpegangan dan menguat ketika badai cobaan sedang menerjang bahtera kecil rumah tangga supaya nggak goyah, nggak sedikit-sedikit minta/bilang cerai.

Terus, Cik, biar bisa cepet dapet jodohnya gimana? Daritadi ngomongin ilmu mulu dah. Iya paham butuh ilmu kalau mau nikah, tapi kalau jodohnya belum dateng kan nggak bisa diimplementasikan.
EHEHEHE oke sekarang mulai bahas perihal jodoh ya. Tapi tetep harus inget kalau semuanya, semua hal, itu butuh ilmu.

Seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa kita bisa ikhtiar untuk menjadi salah satu penyebab diberikannya jodoh oleh Allah SWT. Yakin deh, Allah SWT nggak akan mengecewakan hamba-Nya yang sudah berusaha, apalagi bersusah payah, pasti dikasih yang paling baik buat kita. Jadi, terus lah berusaha, semoga usaha-usaha itu bisa menjadi penyebab datangnya kepercayaan Allah SWT pada kita untuk menikah. Jangan berhenti percaya pada rahmat dan kasih sayang Allah SWT kepada kita.

Usahanya kayak gimana sih? Kalo deket sama lawan jenis boleh dong? Pacaran juga boleh lah ya? Kan ikhtiar katanya, sekalian proses pengenalan sifat masing-masing lho.
Hahahaha.....nope. Ada dua cara untuk menjemput jodoh, 1 dengan cara yang mengundang murka Allah SWT dan yang ke-2 dengan cara yang diridhoi Allah SWT. Kalau mau pernikahannya berkah, tau kan harus pilih yang mana? Hehe kalau belum tau, coba deh Al-Qur'an nya diambil terus yuk kita baca sama-sama Q.S Al Isra' ayat 32.

Analogi yang dikasih sama Ummu Balqis begini, kalau kita diminta sama anak kecil untuk beliin jajan tapi si anak mintanya dengan nangis, rewel, tarik-tarik baju, meronta, pokoknya cara yang bikin kita kesal, apakah kita bakal ngasih? Ngasih sih biar diem kan, tapi ya dengan tidak senang hati, ngasih seadanya yang penting diem bahkan mungkin kalau sangking marahnya bakal dilempar aja kali ngasihnya. Beda cerita kan kalau si anak itu minta baik-baik, jadi anak manis, bantuin kita misal pas lagi nyapu, pokoknya manis deh bikin hati kita seneng gitu. Pasti abis itu kita pengen ngasih yang paling bagus, jajan paling enak, paling mahal juga gakpapa. Nah, ya gitu, coba aja bayangin kalau Allah SWT marah. Naudzubillah...

Lanjut!
Nah, untuk perihal kriteria nih. Setiap orang pasti punya kriteria berbeda-beda, punya preferensi masing-masing. Misalkan nih, gue pengen dapet suami yang shalat fardhu nggak bolong, tepat waktu, dan berjama'ah di masjid ditambah lagi rajin shalat sunnah rawatib, dhuha, tahajjud (hidiw mantep banget nggak sih? Hahahaha). Kira-kira mungkin nggak sih gue bisa mendapatkan yang kayak gini kalau gue nyari di lingkungan macam diskotik? Mungkin, dalam mimpi HEHEHE.

Kata Ummu Balqis, menjemput jodoh itu 11-12 sama memancing. Kalau mau dapetin hewan laut, nggak mungkin kan mancingnya di danau? Kalau mau dapetin ikan yang gede, nggak mungkin kan mancingnya cuma nusuk pake lidi sebatang? Begitu pun perihal jodoh. Nyari jodoh yang shaleh ya datengnya ke tempat mereka kumpul dan pakai "alat" yang pas juga. Jangan pengennya calon yang shaleh/shalehah tapi kita nya nggak berusaha jadi kayak gitu, ya ikan nya juga nggak mau nangkep umpannya kalo umpannya nggak dia suka kan?

Terus, "cara nangkep" nya gimana sih, Cik?
Kalau mau dapet ikan yang gede berarti butuh pancingan yang besar juga kan? Sama kayak jodoh, sering dong denger istilah "jodoh adalah cerminan diri"? Itu bener banget. Kalau mau dapet jodoh shaleh, ya jadi lah shalehah. Tapi jangan pura-pura shalehah demi mendapatkan jodoh yang shaleh, karena khawatirnya bisa jadi malah mendapatkan laki-laki yang pura-pura shaleh demi mendapatkan wanita yang shalehah. Begitu pun buat para cowok nih, jangan mentang-mentang pengen keliatan shaleh terus sok ikut-ikutan janggut dipanjangin, ikut-ikutan celana dicingkrangin biar keliatan kayak orang yang sangat menjalankan sunnah Nabi SAW, kalau ketemu cewek ngomongnya "Assalamu'alaikum, ukhti!", lagi di angkutan umum liat cewek kerudung panjang dikit langsung buka Al-Qur'an sok-sok tilawah, dan banyak pura-pura lainnya. Sejujurnya, gue pribadi sebel sama orang macem begini sih, begitu keliatan aslinya beuh mau nampol rasanya hahaha dia jadi merusak citra baik orang shaleh, merusak citra muslim yang baik!

Untuk cewek-cewek nih, jangan gara-gara dibilang harus "mancing" terus jadi kecentilan dan nempel ke sana ke mari sama semua laki-laki yang menarik menurut kalian. Lewat depan "Si A'a suami idaman" tiba-tiba berubah anggun, ngomong sama lelaki dialus-alusin biar keliatan kesan manjanya, ketemu orang yang keliatan shaleh tiba-tiba jadi jaga sikap jaga omongan biar keliatan shalehah, dan keshalehahan pura-pura lainnya. Jangan lah ya, pokoknya jangan. Inget wanita itu mulia karena rasa malunya hehe.

Ya, terus gimana dong? Pacaran nggak boleh, deketan nggak boleh. Gimana bisa dateng nanti jodohnya? Jangan-jangan ketemu aja nggak boleh.
Haha balik lagi ke statement yang gue tulis di atas bahwa kita harus yakin sama janji dan kasih sayang Allah SWT. Kalau Allah SWT udah berkehendak, mau lo lagi di kutub selatan dan si doi di kutub utara, bisa ketemu kok gimana pun caranya! Serahin aja udah sama Allah SWT.

Deketin Allah SWT, manis-manisnya ke Allah SWT aja. Tunjukkin ke Allah SWT kalau kita mau memperbaiki diri, mau menjemput jodoh dengan cara yang baik. Menikah itu kebaikan, kebaikan harus dilakukan dengan cara yang baik. Percaya deh nanti juga diketemuin, tinggal tingkatin level sabarnya aja.

Khusus buat cewek-cewek nih, kata Ummu Balqis, jadi lah seperti berlian. Berlian itu tanpa usaha untuk menampakkan diri, orang juga tahu dia berlian, tahu nilainya, tahu harganya mahal. Berlian itu nggak bisa dibeli sembarang orang, cuma orang yang punya duit, cuma orang yang mampu doang yang bisa beli berlian. Gimana caranya menjadi berlian? Harus cantik gitu kayak berlian? Not really. Cantik yang sampai memerlukan make up tebal, gambar sana sini di muka, itu nggak diperlukan. Asalkan rapi, bersih, wangi, dan enak dipandang itu cukup. Merawat diri is a must, tapi tabarruj sangat tidak.

Tapi, Cik, gue nggak cantik kayak para selebgram itu.
 It's okay! Cantik itu relatif, gue sudah membuktikannya hehe. Gue ada cerita jadi si cewek ini waktu itu bisa dibilang nggak ada menariknya sama sekali secara fisik. Orang-orang di sekitarnya bahkan tidak jarang mengoloknya dengan sebutan hitam, jelek, dan gendut, ya meskipun memang begitu adanya. Bahkan sampai teman terdekatnya pun mengatakan hal yang sama. Tapi, tahukah? Ada kok laki-laki yang menyukai dia, beneran ada. Nggak cuma satu bahkan.
Cantik itu relatif, jadi tenang aja. Percaya sama janji Allah SWT. Dia udah bilang di dalam firman-Nya kan bahwa Dia menciptakan setiap makhluk itu berpasangan, jadi kamu pasti punya pasangan! Percaya sama Allah SWT.

Ada kisah lain, kali ini cerita dari Ummu Balqis nih, ada seorang cewek yang sebenernya beliau nggak jelek tapi sampai lebih dari umur 30 tahun belum juga bertemu dengan jodohnya. Sedih? Tentu. Tapi beliau nggak pernah berputus dari percaya akan rahmat dan janji Allah SWT. Akhirnya, di usia yang sudah sangat matang, beliau dipertemukan dengan jodohnya yang cukup jauh lebih muda, lebih tampan, dan lebih mapan. Pernikahannya gimana? Kata Ummu Balqis, Alhamdulillah bahagia sampai sekarang, penuh cinta kasih, dan dia sangat mendukung segala kegiatan suaminya.

Selain merawat diri, untuk menjadi sebuah berlian kita harus mempercantik diri dengan inner beauty. Yap, jadi lah seorang wanita yang berakhlakul karimah dan santun. Akhlak yang baik akan mempercantik diri setiap wanita dengan sendirinya. Pernah nggak sih ketemu sama cewek yang sebenernya sih biasa aja, tapi karena akhlaknya sangat baik rasanya enak aja gitu berada di dekat dia, nyaman? Kata Ummu Balqis, jadi lah magnet bagi lingkungan kalian di mana orang-orang akan senang untuk berada di dekat kalian karena akhlak kalian yang baik.

Berakhlakul karimah berarti juga memiliki sifat yang amanah. Jadi lah orang yang bertanggung jawab yang menyelesaikan amanah dengan baik di mana pun kalian berada dan apa pun yang kalian lakukan. Ummu Balqis cerita bahwa ada seorang laki-laki yang tiba-tiba datang ke rumah seorang wanita. Ketika ditanya kenal di mana, laki-laki ini bilang tidak kenal, hanya sering melihat karena mereka sesama mahasiswa ngekos yang kebetulan letak kosannya satu lokasi dan lokasi kosan si cewek ini searah dengan arah perjalanan si cowok dari kosan ke kampusnya. Ketika ditanya bagaimana bisa tertarik dengan cewek ini, laki-laki ini bilang bahwa setiap pagi dia selalu melihat si cewek sedang menyapu halaman. Kosannya cukup besar, namun setiap pagi selalu cewek ini yang terlihat membersihkan halaman depan. Dari sana lah muncul benih ketertarikan.

Kisah lain dari Ummu Balqis kemarin, ada seorang cewek yang bisa dibilang bertubuh gempal. Tidak jelek, cenderung menggemaskan. Dia memiliki akhlak yang sangat baik, sabar, dan amanah dalam melakukan pekerjaannya. Dia menjalankan sebuah EO (event organizer) dan suatu ketika mendapatkan klien seorang wanita tua yang cukup "banyak mau", cerewet, dan suka memarahinya (galak lah pokoknya). Cewek ini sabar banget, menghadapinya tetap dengan cara yang profesional, tetap santun kepada wanita ini, dan tetap menghormati kliennya sebagai seorang yang lebih tua tentunya. Beberapa kali dia terus mendapatkan pekerjaan dengan wanita tua ini. Sampai pada akhirnya wanita tua ini mengagumi akhlak mulianya. Dan tahukah apa yang terjadi selanjutnya? Wanita tua itu menikahkan anak laki-lakinya dengan si cewek EO ini. Yap, wanita tua itu menjadi mertuanya. Ada banyak cara kok untuk Allah SWT mempertemukan kita dengan jodoh kita. Tenang aja, tinggal sabar dan percaya hehehe.

Terus, langkah yang benar untuk menuju pernikahan itu gimana sih?

Nah, karena postingan ini sudah terlalu panjang, kita lanjut lagi ke Pernikahan yang Visioner - #2, ya!
Di sana InsyaAllah akan gue jelasin gimana caranya, ngejelasin juga pernikahan yang visioner tuh gimana, langkah-langkah menjemput jodoh, dan tentu berbagi kisah-kisah lain yang diceritakan oleh Ummu Balqis saat seminar kemarin.

See ya there!




Comments

Popular posts from this blog

Working Mom VS Stay at Home Mom #4 - The Versus

#JustAStory #3 - Rinduku Egois, Ya?

Working Mom VS Stay at Home Mom #5 - Why I Choose It