Pernikahan yang Visioner - #2
![]() |
Edited - Photo Source |
Hola!
Nah, seperti yang telah gue janjikan di postingan sebelumnya, gue akan lanjutkan pembahasannya. Untuk mencapai mahligai pernikahan, ada beberapa tahapan yang harus dilalui, yaitu masa pra nikah dan akad. Di masa pra nikah ini dibagi jadi beberapa bagian, yaitu persiapan, ta'aruf, dan khitbah. No pacaran, no tag-tagan, no tunangan hehehe.![](https://lh3.googleusercontent.com/blogger_img_proxy/AEn0k_sXgJaC04-bICsDMGJdOF-hf6S8ztRt8yN2jzR_6v8I9AxdJCed5u6XB9I7MhPRX8wlETJSsZ6VHJDfwMxAwH7df9Uf4O_eIqClJThZngzcrHtGdMYz_FOFuG48C68cOqmOVLn4ZbaK2lCKVayu6vQOZg=s0-d)
Kita bahas satu-satu ya. Bismillah.
Masa persiapan dimulai dari bagaimana kita mempersiapkan diri untuk nantinya menjemput jodoh terbaik. Caranya gimana?
- Awali dengan Niat yang Lurus
- Persiapkan Ilmu
- Berdamai dengan Inner Child
- Jangan Gampang Baper
- Siapkan Fisik dan Mental
- Melibatkan diri pada Kegiatan Masyarakat
Yuk, dibahas satu-satu hehe. Kita mulai dari niat yang lurus. Kalau merasa sudah ingin menikah, coba dicek lagi tujuan kita menikah itu apa? Apakah sekedar meluapkan hawa nafsu pada lawan jenis? Sekedar biar nggak ditanyain terus "kapan nikah?" ? Sekedar bisa pacaran halal sama orang yang terlanjur kita sayang? Sekedar merasa udah semakin tua dan takut jadi perawan tua? Atau memang berniat untuk menjadikan pernikahan sebagai ibadah untuk mencari ridho Allah SWT?
Seperti yang gue tulis di postingan sebelumnya bahwa menikah itu ibadah terlama bagi seorang manusia. Dari bangun sampe tidur lagi bisa bernilai ibadah dan mendapat pahala bagi masing-masing suami istri. Allah SWT aja menjadikan pernikahan termasuk ke dalam Mitsaqan Ghalizha. Dari semua perjanjian Allah SWT dengan manusia, ada tiga perjanjian yang termasuk dalam Mitsaqan Ghalizha, yaitu perjanjian antara Allah SWT dengan rasul-Nya, perjanjian Allah SWT dengan ummat (Bani Israil), dan perjanjian Allah SWT dengan dua orang yang menikah (akad nikah). Perjanjian ini tak akan terputus meskipun salah satunya telah lebih dahulu meninggal dunia, perjanjian ini akan dibawa hingga alam akhirat. Jadi, ya pernikahan tidak sebercanda itu ternyata.![](https://lh3.googleusercontent.com/blogger_img_proxy/AEn0k_uAzXXw3qy_FoJD54i_XG63uyydTS_Uu2q4s6qLVUGOgYCAxtw_6wkAEIXdbokx3eVPipScEbdyPJxo4LnGngICYhnWJi8VXXU9gz2h2nIOS6EFw3_F4hwIl-a-unnWYPC9N10Q2JEpV2KWQRr3=s0-d)
Di sini lah dimulainya pernikahan yang visioner. Kita harus sudah mulai merancang rumah tangga seperti apa yang kita inginkan, visi misi rumah tangganya kayak gimana, tapi tentu bisa bersifat fleksibel menyesuaikan dengan rancangan yang dimiliki oleh pasangan kita nantinya. Perencanaanya nggak cuma sekedar beli rumah di mana, punya tabungan berapa, beli aset apa, dan hal-hal duniawi lain. Tapi juga merancang metode seperti apa yang akan diberikan pada anak untuk penanaman akidahnya, misi yang seperti apa untuk menjadikan anak shaleh/shalehah, dan segudang visi misi yang bersifat untuk meraih jannah-Nya. Karena menikah adalah ibadah, maka sejatinya sepasang suami istri harus saling mengingatkan perihal ibadah kepada-Nya dan saling berlomba terus dalam kebaikan dengan tujuan agar nanti bisa sama-sama membawa bahtera rumah tangga sampai ke syurga.![](https://lh3.googleusercontent.com/blogger_img_proxy/AEn0k_u6G4YnyXMHnZHaW-KDdANu2z-su6ASDwL5u3U17uZ8PF7rdyoUpY-44MZcc1knR9Iu-sPibHN7bViUupp-ppoGOi5hwJM_Dz2nypdfbet62DeIsfAcD9ayr4cUec3cyu1QqDu9dL2KUGU=s0-d)
Lanjut ke poin kedua. Persiapan ilmu, seperti yang udah gue jelasin panjang kali lebar di postingan sebelumnya bahwa belajar tentang ilmu pernikahan itu perlu. Bukan cuma sekedar belajar untuk persiapan sampai akad aja, yang lebih urgent dan kadang suka dilupa oleh orang itu ilmu setelah menjalani pernikahan. Fiqih nikah nggak sedikit, tapi sayangnya masih sedikit yang belajar tentang itu. Harus tau fiqih nikah apa aja, biar kita nggak cuma bisa menuntut hak kita kepada pasangan, tapi juga menjalankan kewajiban kita dan memenuhi hak pasangan kita. Kalau saling sadar dan pengertian untuk memenuhi hak pasangannya masing-masing, adem kan? Hehe.
Selain itu, ilmu komunikasi juga nggak kalah penting. Cara komunikasi cewek sama cowok beda, kalau nggak paham, beuh nggak ragu deh bakal ada perang dunia terus di dalam rumah hehe.
Ada kisah dari Ummu Balqis di awal pernikahan beliau dengan suaminya. Suaminya nggak punya saudara perempuan, semua saudaranya laki-laki, dan di rumah biasa dengan keberadaan ART yang membereskan keadaan rumahnya. Jadi, suaminya ini kadang suka nggak ngeberesin barang-barang yang selesai dipakai. Berbeda dengannya, Ummu Balqis orangnya suka banget kebersihan dan kerapihan. Bahkan, barang geser dikit aja beliau bisa tahu. Karena perbedaan kebiasaan ini, awalnya Ummu Balqis diem aja dan berusaha berpikir positif mengharap pahala setiap kali membereskan kekacauan yang ada. Tapi, ya namanya juga manusia kan ya punya batas hehe. Hari ke-11 pernikahan, beliau tiba-tiba nangis sendiri, mungkin karena batinnya akhirnya nggak kuat juga. Terus suaminya bilang untuk menuliskan apa yang dia rasakan, nanti suaminya baca di kantor kalau emang Ummu Balqis masih merasa nggak enakan untuk mengutarakan secara langsung. Sepulang dari kantor, suaminya malah tertawa dan menjelaskan keadaan dari sudut pandang dia. Akhirnya, dipecahkan lah masalah tersebut dan sekarang suaminya bahkan jadi lebih rapi dari Ummu Balqis. Yap, begitu lah, semua itu perlu ada komunikasinya, nggak bisa cuma diem-dieman. Pasangan kamu juga manusia biasa, nggak bisa baca pikiran.
Sediakan waktu berkomunikasi setiap harinya untuk membicarakan hal apa yang tidak disukai dan yang disukai dari pasangan masing-masing, saling terbuka lah supaya dapat mengurangi kesalahpahaman dan keributan dalam rumah tangga.
Selain fiqih nikah dan ilmu komunikasi, ilmu lain yang perlu dipelajari adalah manajemen waktu, manajemen keuangan, kesehatan reproduksi, ilmu kesehatan umum, dan ilmu tentang parenting. Pokoknya semua ilmu dalam aspek kehidupan tuh perlu banget dipelajari oleh kedua belah pihak. Manajemen keuangan, kesehatan reproduksi, dan ilmu parenting juga harus dikhatamkan oleh pihak laki-laki karena pernikahan itu kerja tim bukan cuma kerja perempuannya aja dalam mengurus hal di dalam rumah. Mengurus anak juga seharusnya kerja tim, jangan mentang-mentang perempuan adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya terus laki-laki lepas tangan. Nggak gitu, seorang anak perlu sosok ayah, dia perlu mendapatkan pembelajaran dan pengasuhan dari ayahnya.
Hmm kalau bahas parenting nggak akan cukup lah kalo cuma 1 postingan, karena pengaruhnya banyak banget untuk tumbuh kembang si anak termasuk dalam penentuan kesehatan mental dia di kemudian hari.
Nah ngomongin soal kesehatan mental, sedikit banyak nyambung nih sama poin ketiga yaitu "berdamai dengan Inner Child". Maksudnya gimana sih?
Jadi, setiap insan pasti punya masa lalu, punya masalah di masa kecil yang mungkin masih terbawa pengaruhnya sampai sekarang. Hilangkan dulu trauma di masa lalu, berdamailah dengan keadaan. Datangi profesional (psikolog/psikiater) untuk meminta bantuan. Orang Indonesia tuh masih tabu kayaknya ya untuk dateng ke psikolog apalagi psikiater, nganggepnya yang dateng ke mereka pasti orang gila. Padahal nggak gitu. Kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik, ketika fisik kita sakit misalkan tiba-tiba patah tulang terus nggak mau dateng ke dokter, emang bisa itu tulang mendadak sembuh? Kan nggak.
Sama halnya dengan kondisi mental kita. It's okay to meet a psychologist or maybe even a psychiatrist. Ketika kita menganggap sepele kesehatan mental ini, sungguh sebenarnya kita adalah orang yang sangat egois. Kenapa? Karena mental yang sakit akan memengaruhi cara pandang dan cara kita berperilaku menghadapi suatu kondisi atau permasalahan. Ketika mental seseorang sakit/bermasalah (dampak trauma dari masa lalu), reaksi negatif lah yang akan dikeluarkan oleh orang tersebut ketika menghadapi kondisi/permasalahan yang serupa dan ini bisa berdampak buruk bagi memori si kecil. Dia akan merekam reaksi negatif kita dan bisa jadi nanti kesehetan mentalnya pun akan sama terganggunya dengan apa yang sedang kita alami. Syukur-syukur kalau dia nggak kenapa-kenapa dan kesehatan mentalnya bisa berangsur baik, tapi gimana jadinya kalu ternyata itu memengaruhi dia bahkan sampai membuatnya depresi? Emang tega ngeliat anak kita depresi (dalam kasus yang parah mungkin aja lho bisa sampai dia menginginkan bunuh diri)?
Maka berdamai lah dengan masa lalu, cari bantuan jika merasa tidak bisa mengatasinya sendiri, dan maafkan lah setiap orang yang pernah melakukan kejahatan pada kita di masa lalu. Meminta bantuan seorang profesional dan memaafkan orang yang sudah berbuat jahat tidak menjadikan kita orang yang lemah kok, malah menunjukkan bahwa kita sudah dewasa dan bisa mengatasi sebuah permasalahan dengan baik.
Lanjut ke poin selanjutnya tentang baper (bawa perasaan). Ketika udah masuk masa yang dianggap ideal menikah, akan ada banyak "tekanan" dari lingkungan dengan pertanyaan "kapan nikah?". Hehehe dikira nikah kayak liburan kali ya pake nanya kapan. Ummu Balqis bilang ketika menghadapi situasi seperti ini, jangan gampang baper! Bersyukurlah masih ada orang-orang yang perduli sama kita, ya mungkin memang caranya aja yang terkadang kurang pas. Hadapilah dengan tindakan yang positif, misal lagi kumpul keluarga terus om/tante kita nanya pertanyaan itu, sekalian aja bilang ke mereka untuk meminta bantuan dicarikan calon, siapa tau memang calon kita berada di tengah-tengah kenalan mereka dan mereka lah yang "bertugas" menjadi "jembatan" untuk pertemuan itu.
Ketika lagi reuni pun sama, jangan jadi baper dan males ikutan reuni hanya karena males menghadapi pertanyaan itu. Sambung terus tali silaturahmi ke banyak orang, memperluas silaturahmi juga merupakan salah satu bentuk ikhtiar untuk mendatangkan rezeki kok. Hehehe
Selanjutnya, persiapan fisik. Inget kan kalau nikah itu ibadah paling panjang karena dilakukan seumur hidup? Maka dari itu dibutuhkan kesehatan fisik yang kuat, kalau lemah gimana bisa nanti menghadapi lika-liku dan badai yang menerjang? Beberapa persiapan fisik yang perlu dilakukan adalah selalu menjaga kebersihan diri, merawat diri (ingat! Nggak perlu sampai make up tebal kok, cukup kelihatan rapih, bersih, dan enak dipandang aja), berolahraga, dan memiliki gaya hidup sehat. Fisik yang sehat akan membuat jiwa kita menjadi sehat juga.
Dengan fisik yang sehat, otak kita juga akan jadi lebih stabil dalam mengontrol hormon yang dikeluarkan. Hormon ini akan bisa memngaruhi kondisi hati dan mental. Jadi, fisik yang sehat itu perlu banget emang hehehe.
The last but not least, melibatkan diri pada kegiatan masyarakat. Kita kan perlu memperluas tali silaturahmi kan, nah ini adalah salah satu cara untuk melakukannya. Ikut lah dalam kegiatan positif, ambil peran di sana, dan lakukan tanggung jawab dengan baik. Tuntaskan lah amanah dengan baik, karena ini salah satu ciri seorang muslim yang baik. Bisa jadi ketika sedang melakukan kegiatan, kita malah jadi bisa ketemu sama calon kita hehehe eits, tapi inget ke nomer 1 ya, benerin niatnya! Innamal a'malu binniyat (semua amal perbuatan tergantung pada niatnya)!
Kalau udah melakukan itu semua, terus ketemu nih sama calon yang berhasil menarik hati hehe, lanjut deh ke tahapan selanjutnya, yaitu ta'aruf. Haduduh, ini pembahasan yang selalu digemari oleh kalangan anak muda (sok tua banget gue hehe). Dari jaman SMA, kayaknya bahasan ini emang jadi topik hangat dan favorit. Oke, yuk dibahas!![](https://lh3.googleusercontent.com/blogger_img_proxy/AEn0k_uYO4ICC4Xyv5rU4E63diFzaC7XWF54082qSJ5EJLBRoBBhBEYv-Ze9E4VAX4ixjvf39WkJdkpnW8JMYR8QXdPnV3hoDOUhtSWrADL7aloMhjsVf7oaml0nfzJ-DzHjB7f8Bb-6AYJtZl8a1dcDu_A=s0-d)
Seperti yang udah dijelaskan, nggak ada yang namanya pacaran dalam Islam. Kalau mau kenalan, ya lewat ta'aruf. Nah ta'aruf ini diawali dengan tukeran CV. Jadi, kalau udah siap untuk menikah, jangan lupa siapin CV nya juga, selengkap mungkin ya! Hehehe. Nah, buat para lelaki nih, jangan pernah kepikiran sekalipun untuk ngetag seorang cewek.
Maksudnya gimana? Jadi kalau emang udah berani datang ke rumah wali si cewek untuk meminta izin ta'aruf dengan cewek ini, berarti kalian udah siap untuk menikahinya dalam waktu dekat. Kalau masih setahun, dua tahun, bahkan bertahun-tahun yang akan datang baru siap, ya jangan ta'arufin dia! Nggak baik ngetag gitu, kasian lah ceweknya nggak bisa dapetin kepastian, belum tentu juga dalam beberapa tahun ke depan kalian para cowok masih memiliki rasa yang sama kan, belum tentu juga masih bernafas hayo hehe. Buat para cewek, yuk berani menanyakan kesiapan si laki ini. Kalo dia nggak siap dalam waktu dekat, tolak aja ajakannya! Jangan mau digantung, nggak enak!
Kalau kasusnya si cewek yang belum siap gimana? Jangan karena merasa nggak enak untuk nolak terus mengiyakan ta'aruf, tapi berujung pada penolakan saat khitbah. Heu kamu cewek tapi kok php (pemberi harapan palsu) sih?
Kalau emang belum siap, ya jawab aja belom siap, menolak ajakan seorang lelaki untuk ta'aruf karena kamu belum siap menikah tuh nggak apa-apa kok.
Yah, Cik, kalau gue nolak nanti seret jodoh nggak sih?
Nope! Jodoh udah ada yang ngatur, kalau jodoh nggak akan ke mana kok, pasti bersatu. Nih ada cerita lagi dari Ummu Balqis hehe. Waktu dulu ada seorang lelaki yang mengajak beliau untuk ta'aruf, tapi beliau belum siap. Sampai 6x di waktu berbeda, si laki-laki ini mengajak dan selalu ditolak oleh beliau karena memang beliau merasa belum siap untuk membangun sebuah rumah tangga. Ketika beliau udah siap, qadarullah, ada laki-laki lain yang datang. Laki-laki ini seorang dokter, orangnya baik sekali, berakhlak mulia. Ketika dalam proses khitbah, tiba-tiba laki-laki kedua ini membatalkan semuanya. Kejadiannya ketika itu si laki-laki ini sedang bertugas di daerah pedalaman sebagai seorang dokter. Di sana dia bertemu dengan seorang janda dengan 3 orang anak. Dia merasa bahwa ladang pahalanya di sana akan jauh lebih besar dan dia lebih dibutuhkan keberadaannya di sana. Jadi, dia memutuskan untuk menikahi janda ini. Dia bilang secara langsung dan meminta maaf pada Ummu Balqis, bahkan kedua orangtua laki-laki ini juga sampai meminta maaf secara langsung kepada Ummu Balqis. Perasaan Ummu Balqis? Jelas sedih! Tapi, ya mau bagaimana, namanya nggak jodoh pasti ada aja yang memisahkan. Sebulan setelah kejadian itu, laki-laki pertama datang untuk yang ketujuh kalinya tanpa mengetahui kejadian gagalnya proses khitbah Ummu Balqis dengan si dokter, dan tahukah? Laki-laki itu lah yang saat ini menjadi suami Ummu Balqis hehe. Gue salut banget sama suami beliau, maju terus pantang mundur! So cool.
Nah, udah percaya belum kalau jodoh itu emang nggak akan ke mana dan nggak mungkin tertukar? Hehehehe.
Terus, selain tukeran CV, ngapain sih? Bisa ngobrol kok, tapi.............harus didampingi sama wali, nggak ada yang namanya berduaan sebelum akad ya dalam Islam hehehe. Apa aja yang bisa diobrolin emangnya? Banyak! Kata Ummu Balqis, beda dengan pacaran yang ngomongin hal-hal remeh nggak penting, pas ta'aruf yang dibahas itu hal-hal perencanaan kedepannya ketika nanti akan berumah tangga, obrolan visioner lah. Ini beberapa contohnya:![](https://lh3.googleusercontent.com/blogger_img_proxy/AEn0k_sXgJaC04-bICsDMGJdOF-hf6S8ztRt8yN2jzR_6v8I9AxdJCed5u6XB9I7MhPRX8wlETJSsZ6VHJDfwMxAwH7df9Uf4O_eIqClJThZngzcrHtGdMYz_FOFuG48C68cOqmOVLn4ZbaK2lCKVayu6vQOZg=s0-d)
Yap. itu segelintir bahan diskusi yang disarankan oleh Ummu Balqis kemarin. Kalau kata senior gue yang udah menikah, bisa juga diskusiin perihal hal yang tidak disukai kedua belah pihak agar sama-sama bisa menghindarinya. Diskusi tentang emosi masing-masing juga bisa, misal tanya ke calon pasangan hal apa aja yang membuat dia marah dan gimana dia mau diperlakukan oleh orang lain ketika dia sedang marah supaya ya kita bisa tau harus berbuat apa nantinya, karena kehidupan pernikahan nggak cuma berisi dengan canda dan tawa doang lho hehe.![](https://lh3.googleusercontent.com/blogger_img_proxy/AEn0k_uxQ5APdXywKLJzz0flcO0D8JVnqjrZ2G9F39OadHMDeRm7HtQS5xGbjUSpEeiUitXinCHCyiF4TsQd1-KxI6fsp0C_pO4e0zRyayCczxmIA9b3JkFeM5-qtYm9M99kXx3NGj64Eyzii-3Pn9NElSo=s0-d)
Lanjut ya, kalau udah sama-sama merasa "klik" dan dari pihak keluarga kedua belah pihak juga nggak ada masalah, bisa nih lanjut ke tahap selanjutnya. Khitbah. Khitbah ini bukan kayak tunangan sih, nggak ada tunangan dalam Islam hehe. Lebih ke proses lamaran sih dan persiapan pernikahan. Hal yang perlu banget diinget, meskipun sudah dikhitbah, calon kita itu masih berstatus CALON. No berduaan ya sebelum akad, sebelum para saksi bilang "Sah!" maka setiap kali mau ketemu atau mengurus perihal persiapan pernikahan harus ditemani oleh wali. Sebelum akad terucap, kalian masih dua orang asing. Oh iya, gue pernah dikasih tau sama temen gue yang udah menikah kalau jangka waktu dari ta'aruf sampai akad tuh paling lama 6 bulan, ini aja udah lama banget. Jadi, kalau salah satu pihak belum siap, monggo move on lah hehehe.![](https://lh3.googleusercontent.com/blogger_img_proxy/AEn0k_tHy8CLsrolAg0nM1WWwCBaBdNcSchmX9qNWCc-qjMebMqxNIIKt40nKgpN-UUgyi8J3s4fys3zVVRGnVoydIx0lXkBHfjo95sqH3kSHi73sDVaO7bdhgjOWylnhXVwHNDgdc4HkpJcgGv4agaNLpU=s0-d)
Setelah khitbah? Hadirlah akad hehe. Dan babak hidup baru kedua belah pihak pun dimulai.
Begitu lah sedikit materi yang gue dapatkan dari kegiatan hari Minggu kemarin. Ada beberapa bagian dan hal yang tidak bisa gue bagi, mohon maaf, karena gue merasa agak tidak pantas untuk dibagi dan juga takut ada salah persepsi. Jadi, kalau mau tau lengkapnya feel free untuk menghubungi gue ya wahai kalian para wanita hehe, buat yang lelaki mohon maaf kalian harus mencari sumber lain hahaha.
Maaf ya kalau ada yang merasa kata-kata gue kurang pas, terlalu menggurui, atau bahkan terlihat sok-sokan.
Gue terbuka banget untuk kritik dan saran kok, jadi mohon disampaikan secara personal saja hehe. Gue nulis ini cuma ingin berbagi, karena seperti kata Ummu Balqis bahwa tidak semua orang mendapatkan akses yang sama dan kesempatan yang sama untuk belajar. Maka dari itu, semoga tulisan ini bisa menjadi salah satu akses yang memudahkan untuk mendapatkan ilmu perihal marriage meskipun masih teramat sangat sedikit ilmu yang sayang miliki ini.
Kesalahan datangnya dari saya sendiri, sedangkan kesempurnaan hanya lah milik Allah SWT semata. Semoga tulisan ini bisa sedikit memberi pencerahan perihal persiapan pernikahan. Yuk, sama-sama bersiap dan terus menjadi lebih baik dari hari ke hari!♥
Terimakasih kepada Ummu Balqis untuk sharing ilmunya, kepada BrideTalk Id untuk seminar yang diadakan, dan teman baik saya untuk catatannya yang membantu melengkapi isi tulisan ini, Syifa Aulia Rahmah♥
Sekian dari saya, have a nice day, peops!![](https://lh3.googleusercontent.com/blogger_img_proxy/AEn0k_uruFrTBo1thOxbHoe7cb63-PrjrPaUG94TISwNWzy5K9zP9ZzQk4RO7evbV1igOb1qjCw83VTRBA77ztIx1C7iH-blPFYm2GuST5cIOFglV5bWo_KtqnanL59OcyHAH_GglftvsNayyyjTK9OpNMb_2tI=s0-d)
Lanjut ke poin kedua. Persiapan ilmu, seperti yang udah gue jelasin panjang kali lebar di postingan sebelumnya bahwa belajar tentang ilmu pernikahan itu perlu. Bukan cuma sekedar belajar untuk persiapan sampai akad aja, yang lebih urgent dan kadang suka dilupa oleh orang itu ilmu setelah menjalani pernikahan. Fiqih nikah nggak sedikit, tapi sayangnya masih sedikit yang belajar tentang itu. Harus tau fiqih nikah apa aja, biar kita nggak cuma bisa menuntut hak kita kepada pasangan, tapi juga menjalankan kewajiban kita dan memenuhi hak pasangan kita. Kalau saling sadar dan pengertian untuk memenuhi hak pasangannya masing-masing, adem kan? Hehe.
Ada kisah dari Ummu Balqis di awal pernikahan beliau dengan suaminya. Suaminya nggak punya saudara perempuan, semua saudaranya laki-laki, dan di rumah biasa dengan keberadaan ART yang membereskan keadaan rumahnya. Jadi, suaminya ini kadang suka nggak ngeberesin barang-barang yang selesai dipakai. Berbeda dengannya, Ummu Balqis orangnya suka banget kebersihan dan kerapihan. Bahkan, barang geser dikit aja beliau bisa tahu. Karena perbedaan kebiasaan ini, awalnya Ummu Balqis diem aja dan berusaha berpikir positif mengharap pahala setiap kali membereskan kekacauan yang ada. Tapi, ya namanya juga manusia kan ya punya batas hehe. Hari ke-11 pernikahan, beliau tiba-tiba nangis sendiri, mungkin karena batinnya akhirnya nggak kuat juga. Terus suaminya bilang untuk menuliskan apa yang dia rasakan, nanti suaminya baca di kantor kalau emang Ummu Balqis masih merasa nggak enakan untuk mengutarakan secara langsung. Sepulang dari kantor, suaminya malah tertawa dan menjelaskan keadaan dari sudut pandang dia. Akhirnya, dipecahkan lah masalah tersebut dan sekarang suaminya bahkan jadi lebih rapi dari Ummu Balqis. Yap, begitu lah, semua itu perlu ada komunikasinya, nggak bisa cuma diem-dieman. Pasangan kamu juga manusia biasa, nggak bisa baca pikiran.
Selain fiqih nikah dan ilmu komunikasi, ilmu lain yang perlu dipelajari adalah manajemen waktu, manajemen keuangan, kesehatan reproduksi, ilmu kesehatan umum, dan ilmu tentang parenting. Pokoknya semua ilmu dalam aspek kehidupan tuh perlu banget dipelajari oleh kedua belah pihak. Manajemen keuangan, kesehatan reproduksi, dan ilmu parenting juga harus dikhatamkan oleh pihak laki-laki karena pernikahan itu kerja tim bukan cuma kerja perempuannya aja dalam mengurus hal di dalam rumah. Mengurus anak juga seharusnya kerja tim, jangan mentang-mentang perempuan adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya terus laki-laki lepas tangan. Nggak gitu, seorang anak perlu sosok ayah, dia perlu mendapatkan pembelajaran dan pengasuhan dari ayahnya.
Nah ngomongin soal kesehatan mental, sedikit banyak nyambung nih sama poin ketiga yaitu "berdamai dengan Inner Child". Maksudnya gimana sih?
Lanjut ke poin selanjutnya tentang baper (bawa perasaan). Ketika udah masuk masa yang dianggap ideal menikah, akan ada banyak "tekanan" dari lingkungan dengan pertanyaan "kapan nikah?". Hehehe dikira nikah kayak liburan kali ya pake nanya kapan. Ummu Balqis bilang ketika menghadapi situasi seperti ini, jangan gampang baper! Bersyukurlah masih ada orang-orang yang perduli sama kita, ya mungkin memang caranya aja yang terkadang kurang pas. Hadapilah dengan tindakan yang positif, misal lagi kumpul keluarga terus om/tante kita nanya pertanyaan itu, sekalian aja bilang ke mereka untuk meminta bantuan dicarikan calon, siapa tau memang calon kita berada di tengah-tengah kenalan mereka dan mereka lah yang "bertugas" menjadi "jembatan" untuk pertemuan itu.
Selanjutnya, persiapan fisik. Inget kan kalau nikah itu ibadah paling panjang karena dilakukan seumur hidup? Maka dari itu dibutuhkan kesehatan fisik yang kuat, kalau lemah gimana bisa nanti menghadapi lika-liku dan badai yang menerjang? Beberapa persiapan fisik yang perlu dilakukan adalah selalu menjaga kebersihan diri, merawat diri (ingat! Nggak perlu sampai make up tebal kok, cukup kelihatan rapih, bersih, dan enak dipandang aja), berolahraga, dan memiliki gaya hidup sehat. Fisik yang sehat akan membuat jiwa kita menjadi sehat juga.
The last but not least, melibatkan diri pada kegiatan masyarakat. Kita kan perlu memperluas tali silaturahmi kan, nah ini adalah salah satu cara untuk melakukannya. Ikut lah dalam kegiatan positif, ambil peran di sana, dan lakukan tanggung jawab dengan baik. Tuntaskan lah amanah dengan baik, karena ini salah satu ciri seorang muslim yang baik. Bisa jadi ketika sedang melakukan kegiatan, kita malah jadi bisa ketemu sama calon kita hehehe eits, tapi inget ke nomer 1 ya, benerin niatnya! Innamal a'malu binniyat (semua amal perbuatan tergantung pada niatnya)!
Kalau udah melakukan itu semua, terus ketemu nih sama calon yang berhasil menarik hati hehe, lanjut deh ke tahapan selanjutnya, yaitu ta'aruf. Haduduh, ini pembahasan yang selalu digemari oleh kalangan anak muda (sok tua banget gue hehe). Dari jaman SMA, kayaknya bahasan ini emang jadi topik hangat dan favorit. Oke, yuk dibahas!
Seperti yang udah dijelaskan, nggak ada yang namanya pacaran dalam Islam. Kalau mau kenalan, ya lewat ta'aruf. Nah ta'aruf ini diawali dengan tukeran CV. Jadi, kalau udah siap untuk menikah, jangan lupa siapin CV nya juga, selengkap mungkin ya! Hehehe. Nah, buat para lelaki nih, jangan pernah kepikiran sekalipun untuk ngetag seorang cewek.
Kalau kasusnya si cewek yang belum siap gimana? Jangan karena merasa nggak enak untuk nolak terus mengiyakan ta'aruf, tapi berujung pada penolakan saat khitbah. Heu kamu cewek tapi kok php (pemberi harapan palsu) sih?
Yah, Cik, kalau gue nolak nanti seret jodoh nggak sih?
Nope! Jodoh udah ada yang ngatur, kalau jodoh nggak akan ke mana kok, pasti bersatu. Nih ada cerita lagi dari Ummu Balqis hehe. Waktu dulu ada seorang lelaki yang mengajak beliau untuk ta'aruf, tapi beliau belum siap. Sampai 6x di waktu berbeda, si laki-laki ini mengajak dan selalu ditolak oleh beliau karena memang beliau merasa belum siap untuk membangun sebuah rumah tangga. Ketika beliau udah siap, qadarullah, ada laki-laki lain yang datang. Laki-laki ini seorang dokter, orangnya baik sekali, berakhlak mulia. Ketika dalam proses khitbah, tiba-tiba laki-laki kedua ini membatalkan semuanya. Kejadiannya ketika itu si laki-laki ini sedang bertugas di daerah pedalaman sebagai seorang dokter. Di sana dia bertemu dengan seorang janda dengan 3 orang anak. Dia merasa bahwa ladang pahalanya di sana akan jauh lebih besar dan dia lebih dibutuhkan keberadaannya di sana. Jadi, dia memutuskan untuk menikahi janda ini. Dia bilang secara langsung dan meminta maaf pada Ummu Balqis, bahkan kedua orangtua laki-laki ini juga sampai meminta maaf secara langsung kepada Ummu Balqis. Perasaan Ummu Balqis? Jelas sedih! Tapi, ya mau bagaimana, namanya nggak jodoh pasti ada aja yang memisahkan. Sebulan setelah kejadian itu, laki-laki pertama datang untuk yang ketujuh kalinya tanpa mengetahui kejadian gagalnya proses khitbah Ummu Balqis dengan si dokter, dan tahukah? Laki-laki itu lah yang saat ini menjadi suami Ummu Balqis hehe. Gue salut banget sama suami beliau, maju terus pantang mundur! So cool.
Terus, selain tukeran CV, ngapain sih? Bisa ngobrol kok, tapi.............harus didampingi sama wali, nggak ada yang namanya berduaan sebelum akad ya dalam Islam hehehe. Apa aja yang bisa diobrolin emangnya? Banyak! Kata Ummu Balqis, beda dengan pacaran yang ngomongin hal-hal remeh nggak penting, pas ta'aruf yang dibahas itu hal-hal perencanaan kedepannya ketika nanti akan berumah tangga, obrolan visioner lah. Ini beberapa contohnya:
- Rencana setelah menikah apakah akan Long Distance Marriage atau nggak. Kalau si lelaki ada tugas keluar, apakah akan mengangkut keluarga kecilnya ikut atau bagaimana. Diskusikan juga bagaimana sikap masing-masing ketika memang harus menghadapi LDM ini.
- Cara pasangan mendidik istri dan anak nantinya kayak gimana. Untuk memperdalam ilmu dunia dan meningkatkan keimanan, diskusikan gimana caranya si lelaki ini akan mendidik istri serta anak-anaknya nanti karena dididik oleh suami adalah hak para istri. Lagipula, pendidikan yang diberikan langsung oleh suami untuk istri dan anaknya bisa menjadi salah satu waktu untuk merekatkan bounding antara anggota keluarga lho.
- Saling cerita tentang bagaimana masing-masing pihak mengisi waktu luangnya, siapa tau kan nantinya bisa seseruan bareng atau bahkan hobi di waktu luang tersebut berujung menjadi sebuah pekerjaan sampingan yang dikelola berdua.
- Diskusiin tentang pengaturan otoritas keuangan dalam rumah tangga, yang megang dan ngatur duitnya apakah istri atau suami atau keduanya. Bagi banyak orang, ini adalah perihal yang sangat sensitif, padahal sebetulnya ini adalah hal yang cukup krusial. Tidak sedikit kegagalan pernikahan terjadi akibat permasalahan finansial, cekcok tentang pengaturan keuangan. Jadi, ini penting buat dibahas, harus disepakati bersama dari awal ya dan harus ada keterbukaan, jangan ada yang ditutupi SAMA SEKALI.
- Pandangan lelaki tentang karir istinya. Ini sih yang harus dibahas juga. Untuk para cewek, pastiin ya si doi ini ngijinin kerja setelah nikah atau gimana, diskusiin baik-baik dan cari jalan tengah kalau kalian tidak menemukan titik persetujuan. Untuk para lelaki, plissssss banget, tepati apa yang kalian ucapkan ya, kalau emang di awal bilang ngijinin untuk istri kalian kerja nantinya ya tepatin itu setelah kalian menikah. Kalau emang kalian nggak setuju tentang kondisi di mana istri kalian bekerja, ya bilang aja di awal nggak setuju, tapi juga bantu untuk menemukan jalan tengah, win-win solution hehehe.
- Komitmen aliran dana keuangan untuk orang tua kedua belah pihak, penting juga nih untuk didiskusikan. Kewajiban seorang anak laki-laki memang untuk membiayai keluargnya, terutama ibunya, tapi dia tidak berkewajiban untuk membiayai mertuanya. Jadi, ini harus dibahas, apalagi kalau kondisinya nanti sang istri tidak diperbolehkan untuk bekerja maka jangan lupakan kondisi orang tua dari pihak istri kalian ya wahai para lelaki hehehe. Terutama kalau sebelum menikah dengan kalian, si cewek ini merupakan tulang punggung bagi keluarganya dan kondisi ibunya telah menjadi seorang janda.
- Diskusikan mengenai sikap yang akan diambil ketika nantinya mengalami kekurangan harta dan/atau permasalahan perihal keturunan. Namanya juga hidup pasti kadang di atas, tapi kadang juga di bawah kan, jadi dari awal sudah harus diomongin nih kira-kira sikap seperti apa yang harus diambil ketika sedang berada di bawah supaya nantinya bisa saling menguatkan dan tak ada yang namanya kisah meninggalkan salah satu pihak dalam kesulitan. Perihal keturunan juga, tak ada yang tahu rencana Tuhan kan kapan untuk memberikan keturunan pada hamba-Nya, jadi perlu nih dipikirkan gimana sikap berdua ketika dalam jangka waktu yang lama ternyata belum dikaruniakan keturunan. Diomongin juga gimana sikap yang akan diambil kalau ternyata nantinya keturunan yang lahir, qadarullah, memiliki kekurangan baik itu secara fisik atau pun mentalnya. Jangan sampai terjadi keributan bahkan sampai berpisah hanya karena salah mengambil sikap ketika menghadapi cobaan perihal keturunan.
- Masalah poligami. Wah kalau menurut gue, sejauh ini sih, ini penting banget juga, bahkan terpenting kedua setelah perihal keputusan istri bekerja atau tidak. Diskusiin baik-baik dan siapin mental kalau emang si lelaki menyetujui poligami bahkan terlihat kecenderungan untuk melakukannya. Kalau merasa nggak sanggup, yaudah berhenti sampai di sana aja, nggak perlu dilanjutkan hehe. Jangan sampai ada hati yang tersakiti kedepannya karena permasalahan ini, hati kita terlalu berharga untuk kembali terluka hehe.
Yap. itu segelintir bahan diskusi yang disarankan oleh Ummu Balqis kemarin. Kalau kata senior gue yang udah menikah, bisa juga diskusiin perihal hal yang tidak disukai kedua belah pihak agar sama-sama bisa menghindarinya. Diskusi tentang emosi masing-masing juga bisa, misal tanya ke calon pasangan hal apa aja yang membuat dia marah dan gimana dia mau diperlakukan oleh orang lain ketika dia sedang marah supaya ya kita bisa tau harus berbuat apa nantinya, karena kehidupan pernikahan nggak cuma berisi dengan canda dan tawa doang lho hehe.
Lanjut ya, kalau udah sama-sama merasa "klik" dan dari pihak keluarga kedua belah pihak juga nggak ada masalah, bisa nih lanjut ke tahap selanjutnya. Khitbah. Khitbah ini bukan kayak tunangan sih, nggak ada tunangan dalam Islam hehe. Lebih ke proses lamaran sih dan persiapan pernikahan. Hal yang perlu banget diinget, meskipun sudah dikhitbah, calon kita itu masih berstatus CALON. No berduaan ya sebelum akad, sebelum para saksi bilang "Sah!" maka setiap kali mau ketemu atau mengurus perihal persiapan pernikahan harus ditemani oleh wali. Sebelum akad terucap, kalian masih dua orang asing. Oh iya, gue pernah dikasih tau sama temen gue yang udah menikah kalau jangka waktu dari ta'aruf sampai akad tuh paling lama 6 bulan, ini aja udah lama banget. Jadi, kalau salah satu pihak belum siap, monggo move on lah hehehe.
Setelah khitbah? Hadirlah akad hehe. Dan babak hidup baru kedua belah pihak pun dimulai.
Begitu lah sedikit materi yang gue dapatkan dari kegiatan hari Minggu kemarin. Ada beberapa bagian dan hal yang tidak bisa gue bagi, mohon maaf, karena gue merasa agak tidak pantas untuk dibagi dan juga takut ada salah persepsi. Jadi, kalau mau tau lengkapnya feel free untuk menghubungi gue ya wahai kalian para wanita hehe, buat yang lelaki mohon maaf kalian harus mencari sumber lain hahaha.
Maaf ya kalau ada yang merasa kata-kata gue kurang pas, terlalu menggurui, atau bahkan terlihat sok-sokan.
Kesalahan datangnya dari saya sendiri, sedangkan kesempurnaan hanya lah milik Allah SWT semata. Semoga tulisan ini bisa sedikit memberi pencerahan perihal persiapan pernikahan. Yuk, sama-sama bersiap dan terus menjadi lebih baik dari hari ke hari!♥
Terimakasih kepada Ummu Balqis untuk sharing ilmunya, kepada BrideTalk Id untuk seminar yang diadakan, dan teman baik saya untuk catatannya yang membantu melengkapi isi tulisan ini, Syifa Aulia Rahmah♥
Sekian dari saya, have a nice day, peops!
Comments
Post a Comment